ilustrasi gambar dari republika.co.id |
Kami cinta negeri ini
Tapi kami benci sistem yang ada
Hanya ada satu kata...LAWAN !!
Penggalan lirik lagu dari jeruji,salah satu band punk favorit ku itu ibarat sebuah perwakilan perasaanku dan mungkin teman teman senasib lainnya yang hidup di negeri ini.Sudahlah ku tak ingin berpolemik dengan terlalu banyak memikirkan pemerintahan yang belum bisa mensejahterakan rakyatnya.Yang ku pikirkan sekarang adalah bagaimana caranya bertahan hidup dan bisa makan untuk ku dan ibuku,sebuah permintaan yang sederhana saja untuk mu wahai presiden dan para pejabat yang terhormat.
Berbalut kaus hitam bertuliskan nama band kesayangangku Sex pistols,celana jeans ketat belel,sobek nan lusuh dan banyak tempelan emblem di sana sini,sepatu boots merk docmart (Dr.Marten) yang ku beli dari tukang loak karena aslinya sangat mahal untuk dompetku dan gaya rambut mohawk berwarna merah menyala ibarat menantang kehidupan yang penuh kemunafikan ini.
Dengan dandanan kebanggaan ku itu, aku pun mulai beraktivitas dan beraksi seperti biasa di perempatan jalan riau Bandung dengan bersenjatakan gitar kecil atau uku lele dan tam tam yang terbuat dari paralon dan karet ban.Kami mulai menghampiri angkot yang berhenti di lampu merah. Penumpang angkot yang asyik dengan lamunan dan pikiran mereka dan sebagian lagi asyik memainkan hape seolah tak peduli terhadap keberadaan kami,"ahh itu sudah biasa" gumamku dalam hati.Setelah berbasa basi untuk mengamen pada sang supir dan ucapan salam pada para penumpang yang budiman,"jreng..jreng..jreng" aku pun mulai bernyanyi sebuah lagu ciptaanku sendiri yang bercerita tentang kepahitan hidup di jalan.Di pintu angkot aku pun bernyanyi diiringi alunan musik bersama temanku dan berharap ada yang menikmati lagu yang dibawakan serta memberi sebuah imbalan.Itulah salah satu keseharianku selain berjualan kaos band band punk di gasibu saat hari minggu,ya cukup lah untuk menyambung hidup dan tak mati kelaparan di saat para pemilik distro meraup untung yang besar saat akhir pekan dan mulai melupakan semangat independen dan anti kapitalis,tapi itulah hidup harus ada sebuah pilihan walaupun harus menjadi seorang pecundang sekalipun,haha.
Dengan dandanan kebanggaan ku itu, aku pun mulai beraktivitas dan beraksi seperti biasa di perempatan jalan riau Bandung dengan bersenjatakan gitar kecil atau uku lele dan tam tam yang terbuat dari paralon dan karet ban.Kami mulai menghampiri angkot yang berhenti di lampu merah. Penumpang angkot yang asyik dengan lamunan dan pikiran mereka dan sebagian lagi asyik memainkan hape seolah tak peduli terhadap keberadaan kami,"ahh itu sudah biasa" gumamku dalam hati.Setelah berbasa basi untuk mengamen pada sang supir dan ucapan salam pada para penumpang yang budiman,"jreng..jreng..jreng" aku pun mulai bernyanyi sebuah lagu ciptaanku sendiri yang bercerita tentang kepahitan hidup di jalan.Di pintu angkot aku pun bernyanyi diiringi alunan musik bersama temanku dan berharap ada yang menikmati lagu yang dibawakan serta memberi sebuah imbalan.Itulah salah satu keseharianku selain berjualan kaos band band punk di gasibu saat hari minggu,ya cukup lah untuk menyambung hidup dan tak mati kelaparan di saat para pemilik distro meraup untung yang besar saat akhir pekan dan mulai melupakan semangat independen dan anti kapitalis,tapi itulah hidup harus ada sebuah pilihan walaupun harus menjadi seorang pecundang sekalipun,haha.
Hidup di jalan menjadi pilihanku untuk sebuah simbol perlawanan terhadap ketidakadilan yang pernah ku alami.Dulu saat ku kelas 1 SMA ku pernah dikeluarkan dari sekolah karena menunggak membayar iuran sekolah selama 4 bulan dan terpaksa ku menjadi anak putus sekolah dan yang lebih menyakitkan lagi adalah saat ayahku sakit parah dan keluarga tak mempunyai biaya dan tak diterima dirumah sakit besar sebagai rujukan karenakami sekeluarga tak mempunyai biaya untuk jaminan dan akhirnya ayahku pun tak tertolong lagi.
Aku yang sekarang menjadi anak yatim dan ibuku hanya sebagi penjual makanan.Sebenarnya ku tak ingin menggantungkan hidup di jalan,tapi keadaan memaksaku untuk seperti ini.Seandainya ku diberi kesempatan seperti anak anak lain tuk bersekolah yang layak mungkin cerita nya akan lain,bukan pula aku dan teman teman ku yang lain malas tuk berusaha dan bekerja yang lebih layak,tapi ketidakadilan dan diskriminasi yang membuat kami sedikit termajinalkan dan dipandang sebelah mata dan di cap sebagai masyarakat seperti ini.
Hidup memang keras dan bukan hanya bualan,siapa yang tak kuat melawan arus akan terseret dan mati. Tetap Semangat !!
Bandung, 2011
-opik-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak anda.
Terima kasih sudah berkomentar