Bandung, Jumat 1999 saat liburan kenaikan Sekolah Dasar (SD)
Jumat pagi yang cerah itu, sepeti biasa bila saat libur tiba, saudara saya yang punya nama Derry alias ujang Endey kalo berkunjung ke rumah pasti kami melakukan sebuah kebiasaan, yaitu jalan-jalan, baik jalan-jalan mengitari gang-gang di sekitar rumah atau jarambah (maen ke tempat yang jauh).
Saat itu usia saya sekitar 11 tahun dan Derry 10 tahun. Saat itu kami putuskan tuk berkunjung ke rumah bibi yang ada di bilangan Bojong Koneng. Jarak dari rumah saya (di jalan.Cikutra depan SMA 10) ke Bojong Koneng sekitar 1,5 km dengan jarak tempuh sekitar 20 menit dengan berjalan kaki. Kami pun sampai di rumah bibi, di sana mang engkon (suami bibi) sedang sibuk mempersiapkan perlengkapan untuk kampanye sebuah partai besar yang berlambang banteng bermoncong putih dengan warna merah sebagai warna kebesaranya. Karena hari itu adalah hari jumat, dan waktu jumatan pun sudah tiba, kami pun bergegas pergi ke mesjid di daerah sekitar.
Setelah selesai sholat jumat, rombongan simpatisan partai tersebut sedang bersiap-siap untuk mengikuti pawai dengan menggunakan truk. Kami berdua putuskan tuk ikut dalam rombongan itu, karena mang engkon akan ikut dalam pawai tersebut. Kami senang bisa ikut dalam pawai tersebut karena sebelumnya kami belum pernah mengikuti kegiatan seperti itu. Dengan atribut yang serba merah serta membawa replika kepala banteng yang terbuat dari kardus ke atas truk, para simpatisan ( saya tak tau apakah mereka masa bayaran atau simpatisan beneran atau hanya ikut-ikutan tuk meramaikan seperti kami berdua.!! hehe) mereka berjumlah sekitar 25 orang yang sudah bersiap di dalam truk dengan segala perlengkapan tuk meramaikan kampanye seperti tong dan terompet. Seingat saya hanya kami berdua saja anak kecil yang ikut dalam pawai tersebut dan selebihnya orang dewasa dan para pemuda. Mungkin saat itu belum ada UU pemilu yang tertulis yang melarang anak di bawah umur tuk ikut dalam kampanye partai politik.
Tahun 1999 adalah pemilu pertama setelah masa orde baru (ORBA) terguling dan Soeharto harus lengser pada tahun 1998 dan digantikan Bj.Habibie, seingat saya pula partai yang ikut dalam pemilu sangat banyak.
Singkat cerita.. Truk yang kami tumpangi mulai bergerak ke arah jalan raya, ternyata di jalanan sudah banyak simpatisan/masa partai yang ikut dalam kampanye, baik yang berjalan kaki, naik motor ataupun dengan berbagai jenis kendaraan. Jalan-jalan di kota bandung saat itu sangat ramai dan semarak dengan kendaraan-kendaraan beratribut partai berlambang banteng tersebut. Dan mungkin karena hari itu adalah hari terakhir kampanye, jadi sangat ramai dan macet pun tak terelakkan lagi. Truk pun melaju melintas di jalan raya yang ramai nan padat.
Di dalam truk kami semua bernyanyi dan meneriakkan yel-yel tuk memilih partai tersebut dengan diiringi tabuhan tong dan tiupan terompet. Di pinggir jalan warga yang menonton sangat antusias (mungkin bisa menjadi hiburan gratis, karena saat itu pawai kampanye seperti parade, massa kadang suka membawa atau mengenakan atribut yang sedikit aneh dan unik). Dan kadang saking antusiasnya warga yang menonton menyiram truk yang kami tumpangi, entah air got atau air apa.!!, yang pasti kami sedikit kebasahan tapi kami masih senang dan terus bernyanyi. Jalanan pun sangat ramai terlebih di jalan-jalan protokol seperi di jalan Ahmad yani, Asia afrika, Sudirman dll. Walau kami sedikit lelah tapi kami senang bisa berjalan-jalan mengelilingi kota Bandung dengan gratis menumpang truk. Jalanan yang kami lalui seperti lautan merah dan semarak di sore itu. Asalnya truk yang membawa kami akan mengikuti orasi politik di lapangan di luar kota karena ketua parpolnya akan hadir langsung, tapi karena macet dan hari pun sudah semakin sore jadi tidak jadi.
Hari pun sudah semakin gelap, truk yang membawa kami pun bergerak pulang ke arah start awal di Bojong koneng. Akhirnya kami pun turun dari truk dan singgah sebentar di rumah bibi sekitar pukul 20.00, kami putuskan tuk pulang. Sesampainya di rumah kami sedikit dimarahi, karena nenek sangat cemas karena mencari kemana-mana, nenek kami saat itu melihat kami di dalam truk tapi kami tak melihatnya. Hari itu adalah pengalaman yang cukup menarik bagi saya (sebagai anak SD yang tidak tahu menahu tentang pemilu) saat mengikuti kampanye dan mungkin yang pertama dan terakhir,,hehehe
Maaf tuk ibu kami yang telah buat cemas dan nenek kami (alm)..
Terima kasih
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak anda.
Terima kasih sudah berkomentar