Ada hal yang menurut saya cukup menarik dari legenda sangkuriang selain tentang Gunung Tangkubanparahu yang terbentuk dari perahu terbalik yang dibuat Sangkuriang untuk memenuhi permintaan Dayang Sumbi. Ya mungkin kita sudah tahu bersama cerita pada umunya gimana jd ga usah diceritain ya detilnya gimana :). Selain itu terdapat pula cerita bahwa tunggul pohon yang akan dibuat perahu berasal dari Gunung yang sekarang dikenal sebagai Gunung Bukittunggul serta rangrangnya (ranting) dibuang ke daerah yang sekarang dikenal sebagai Gunung Burangrang.
Yang menarik selain itu adalah, ternyata cerita berlanjut ke kawasan yang sekarang bernama Citatah, daerah Padalarang. Menurut cerita lisan dari sesepuh kampung Rancamoyan, Desa Gunung Masigit, sebenarnya amarah Sangkuriang tidak berhenti sampai hanya dengan menendang Perahu lalu menjadi Gunung dan di tambah adegan mengejar Dayang Sumbi. Ternyata Sangkuriang mengobrak-abrik persiapan pesta pernikahan. Selain perahu, semua barang di tendangnya, dari Lumbung, temapat beras, sisa-sisa makanan, manik (perhiasan), alat tetabuhan hingga tungku untuk memasak. Berdasarkan cerita tersebut, Legenda sangkuriang berlanjut ke Kawasan Karst Citatah. maka muncullah Toponim dari bukit-bukit kapur yang ada di sana yang erat kaitannya dengan amarah sangkuriang.
Sebut saja Pasir pawon (dapur), Pasir Leuit (Lumbung), Pasir Pabeasan (Tempat beras), Gunung hawu (tungku). Pasir sendiri dalam bahasa sunda berarti Bukit. Selain itu ada pula nama Pasir Bende dan Gua Ketuk yang berarti alat tetabuhan serta Pasir manik yang berarti perhiasan. Lalu sisa makanan yang terburai berserakan menjadi Lembah cibukur, sisa makanan dalam bahasa sunda di sebut "bukur".
Semua toponim tersebut dapat di dapati bila kita berkendaraan dari arah padalaarang ke Cianjur (atau sebaliknya) sejak kilomter 20 daerah Ciburuy hingga kilometer 27 di Cibogo.
Foto-foto yang berkaitan :
Gua Pawon |
Puncak Pasir Pawon, latar Gunung Masigit |
Lembah Cibukur |
Gunung Hawu |
Sumber disarikan dari Buku "Wisata Bumi Cekungan Bandung" (Budi Brahmantyo & T.Bachtiar)
Foto : opik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak anda.
Terima kasih sudah berkomentar