Sebuah bangunan tua di jalan braga yang kusam, tak terawat,gentengnya entah terbang kemana yang hanya menyisakan rangkanya saja, dinding depannya pun dihiasi coretan-coretan tangan "kreatif" . Ehmm..sungguh malang benar nasib bangunan tua tersebut,bila saja bangunan itu bisa bicara dan berteriak mungkin ia akan menggerutu dan berteriak lantang pada nasibnya,bila saja dia punya perasaan maka tak ayal ia pun akan menangis ratapi nasibnya yang malang.
Kondisi menyedihkan itu semoga saja dapat sedikit menyentuh kepedulian dan perhatian sang pemangku kebijakan dan sang empunya kuasa di kota ini. Jangan sampai bangunan - bangunan bersejarah yang mencirikan dan identitas kota ini satu demi satu hancur akibat tak ada kepedulian ataupun sengaja dihancurkan tak berbekas. Dan kita pun pasti tak ingin disalahkan oleh generasi mendatang bila yang kita wariskan mengenai kota ini hanya berupa cerita-cerita, gambar, foto-foto, catatan tentang sejarah kota ini tanpa ada bukti tersisa. Semoga saja itu tak terjadi.
Saya pun membuka kembali buku Braga jantung Parijs van java karya Bang ridwan dan Taufanny. Sejenak saya membayangkan cerita masa lalu mengenai bangunan yang dulu ada di sepanjang jalan Braga .Salah satu bangunan tersebut adalah Au Bon Marché, toko mode yang terkemuka dan sangat berbanding terbalik dengan kondisi sekarang.
Bangunan ini adalah bekas toko Aug. Hagelsteens Kleedingmagazin yang dulu lebih populer saat ditempati oleh Au Bon Marché Modemagazijn. Toko Au Bon Marché dibuka oleh A.Makkinga pada tahun 1913. Pada masa kejayaannya dulu,busana dengan trend dan model terbaru serta terbaik dari pusat mode dunia,Paris,akan segera di pajang di toko ini.
Nama " Bon Marche" sendiri bisa diartikan menjadi "belanja murah" dan berbanding terbalik dengan artian belanja murah malah toko ini menjual mode pakaian yang tak murah (mahal) dan tentunya hanya menjual kwalitet kelas satu yang hanya bisa dimiliki oleh orang dari kalangan atas saja. Au Bon Marché juga membuat reklame-reklame di majalah menggunakan bahasa Belanda yang tercampur kental dengan istilah Prancis,yang tentunya hal tersebut cukup memberikan sumbangan terbentuknya citra Parijs van Java untuk kota Bandoeng Tempo Doeloe.
Seperti telah disebutkan sebelumnya,toko ini hanya menawarkan mode kelas satu seperti dalamiklan majalah yang menawarkan aneka mode berbahan dasar sutra lembut dengan pilihan desain motif bunga dan pakaian lain yang elegan. Pada salah satu iklan terpampang pula kalimat "wij brengen steeds de laatse mode" ('kami selalu menyajikan mode terbaru'). Calon pembeli pun diyakinkan dengan tambahan kalimat "zie geregeld onze etalages" ('lihatlah etalase kami yang tersusun rapi'). Toko ini memang berkelas dan cukup glamour hingga mampu membuat orang merasa minder lewat di depannya.
Toko ini sempat memperluas tokonya dengan memperluas tokonya dengan bangunan yang berada di sebelah utara. Saat malam hari tiba gedung ini gemerlap dengan hiasan lampu yang dipasang mengikuti alur arsitektur bangunan sehingga menambah kesan mewah dan semarak.
Dan.. tiba-tiba saya pun tersadar seletah membayangkan suasana toko Au Bon Marché tempo doeloe ,ahh sekarang yang ada hanya sebuah bangunan tak terawat tapi masih mencitrakan sebuah keeleganan yang terbalut kusam.
Semoga nasib bangunan Au Bon Marché tak seperti bangunan di seberangnya yaitu Sarinah yang hancur dan dipagari oleh seng. Tapi semoga seberuntung teman lamanya yaitu New Majestic yang telah berdandan rapih serta semoga dapat secantik seperti saudara tuanya di ujung tusuk sate sebrang jalan braga (toko De vries).
*bila ada kesalahan dalam penulisan mohon koreksinya
-Terima Kasih-
Sumber :
Hutagalung,Ridwan & Taufanny Nugraha.Braga Jantung Parijs van Java,Ka Bandung.2008.
Sekarang bangunannya masih ada tidak mas?
BalasHapusmasih ada mba.. sekarang atapnya udah sedikit di renovasi
Hapus