Selasa, 19 April 2011

Trekking Jayagiri - Gunung Tangkuban Parahu

Seperti judul tulisan di atas, saya mencoba sedikit membahas jalur yang cukup favorit untuk trekking, baik bagi para pemula (yang jarang jalan kaki) sekalipun yang ingin mencoba kegiatan hiking/treking. Mungkin para pelancong yang sudah pernah berwisata ke Gunung Tangkuban parahu dengan menggunakan kendaraan (mobil, motor atau bus) patut mencoba jalur yang satu ini dengan berjalan kaki/treking/hiking pasti akan lebih menyenangkan dengan sensasi serta pemandangan yang lebih indah disepanjang perjalanan. 

Untuk menuju jalan Jayagiri cukup mudah, kita mulai saja dari arah Bandung tepatnya Terminal Ledeng Jl.Setiabudi, dari terminal tersebut kita hanya perlu naik angkot satu kali yaitu jurusan Ciroyom-Lembang atau Stasiun Halte-Lembang. Setelah itu kita turun persis di depan jalan Jayagiri yang ditandai dengan banyaknya tukang ojeg, tukang ketan bakar  dan plang penunjuk Jalan Jayagiri  atau yang belum tahu cukup tanyakan saja pada supir atau keneknya untuk turun di Jayagiri ongkosnya pun cukup terjangkau yaitu Rp.3000.

Setelah turun dari angkot kita harus berjalan menanjak di jalan Desa Jayagiri. Sekitar 300 meter dari jalan kita akan menemukan Taman Junghuhn. Taman yang sekaligus berfungsi sebagai makam dan tugu tersebut berada di area pemukiman penduduk. Untuk masuk taman tersebut tak dipungut biaya tapi diingat untuk tidak mengotorinya.

Junghuhn
Sedikit tentang sejarah Junghuhn, ia bernama asli Dr. Franz Wilhelm Junghuhn dan adalah seorang dokter dan peneliti alam, kelahiran Mansfeld-Prusia pada tahun 1820 dan meninggal di Lembang pada 24 April 1864. Ia ditugaskan sebagai inspektur untuk membudidayakan pohon kina di sekitar Lembang ia pun membangun perkebunan kina bersama isteri dan puteranya.

Tugu Makam Junghuhn



Tetapi rupanya nasibnya kurang baik yang mewarnai tahun-tahun terakhir hidupnya hingga ia meninggal karena penyakit hepatitis. Seorang dokter asal Swiss, E. Haffter 1898 tiba di Lembang 34 tahun setelah meninggalnya Junghuhn melaporkan lebih dari dua juta pohon kina telah digunakan untuk produksi kinine (kina). Sampai pada tahun 40-an, menjelang pecahnya perang dunia kedua, perkebunan di sekitar Bandung menghasilkan bahan baku bagi 90 persen produksi kinine (kina) di seluruh dunia. Atas jasanya itu dibuatkan lah taman sekaligus tugu dan makam sebagai penghormatan kepada junghuhn.

Jayagiri
Bila setelah puas berada di taman Junghuhn perjalanan dapat dilanjutkan menuju gerbang Wana Wisata Alam Jayagiri yang berjarak sekitar 700 meter dari taman Junghuhn. Jayagiri merupakan nama sebuah desa yang terletak di daerah Lembang Kabupaten Bandung Barat (KBB) dengan kisaran ketinggian antara 1250Mdpl - 1500 Mdpl, sepanjang perjalanan selain disuguhkan aktivitas warga pastinya kita akan dapat menikmati pemandangan alam ciptaan sang pencipta yang sungguh indah. Sesampainya di gerbang masuk Wana Wisata Jayagiri, hanya dengan membayar karcis masuk Rp.4000/orang kita  bisa menikmati indahnya alam dan kesejukkan udara Jayagiri seperti lirik lagu yang diciptakan oleh musisi asal kota Bandung, Iwan Abdurachman yang terinsiprasi dari keindahan Jayagiri.

“ ..Melati dari Jayagiri
Kuterawang keindahan kenangan
Hari-hari lalu di mataku
Tatapan yang lembut dan penuh kasih …”

Pohon-pohon pinus akan menyambut kita di sisi kiri-kanan jalan setapak yang akan dilalui serta pemandangan yang  hijau disepanjang perjalanan, jalan yang harus kita lalui berupa tanah merah yang menanjak. Setelah lama berjalan menanjak dan dipastikan cukup memompa jantung kita tuk berdetak lebih kencang dan keringat pun pastinya tak kuasa tuk bercucuran. Sekitar 1 km menjauh dari gerbang Wana Wisata Jayagiri kita akan menemukan sebuah persimpangan dan warung, persimpangan tersebut menuju ke tempat yang berbeda, bila kita berbelok ke kiri maka akan menuju ke Perkebunan Teh Sukawana, ke kanan ke Cikole dan Gunung Putri, nah yang luruslah yang menuju Gunung Tangkuban Parahu. Setelah melewati warung kita akan melewati jalan setapak yang di kiri-kanannya masih ditumbuhi pohon pinus yang berukuran lebih kecil. Jalan setapak tersebut pun sering dilalui oleh crosser (pengguna motor cross) dan tak seberapa jauh kita akan menemukan sebuah tempat yang sedikit lapang,ditempat tersebut kita akan disuguhi sebuah lukisan pemandangan alam yang nyata di depan mata kita, sungguh indah.

The View
Perjalanan kita lanjutkan dari tempat tersebut kita berbelok ke kiri, lalu akan menemukan pipa besi besar yang berfungsi mengalirkan air, ikuti pipa tersebut dan akan menemukan pipa selanjutnya dan bak penampungan air. Selanjutnya trek yang akan dilalui berupa jalan setapak bersemak belukar di dalam hutan yang cukup lembab dan basah, kita cukup saja mengikuti jalan setapak tersebut. Walaupun tak ada papan penunjuk jalan InsyaAllah kita akan sampai ke kawasan Gunung Tangkuban Parahu. Bila kita jeli di tengah perjalanan akan kita temui sebuah lorong yang menyerupai gang, dengan lebar 1 m, tinggi 3m dan panjangnya sekitar 75 m, di tempat tersebut kondisinya cukup lembab dengan dindingnya yang ditumbuhi lumut, entah berfungsi untuk apa tempat tersebut tapi cukup menarik untuk objek eksplorasi dan foto.

Lorong diantara rimbunnya hutan

Keluar dari semak dan masuk kawasan Gn.Tangkuban Parahu
Semakin masuk ke dalam hutan, jalan yang dilalui berganti menjadi seperti aliran dari sungai-sungai kecil dan tanah berlumpur, kicauan burung mungkin akan menyambut kita dengan suara merdunya. Setelah berjuang berjalan menanjak dan menyusuri hutan, kita akan keluar di dekat parkiran bus Wisata Gunung Tangkuban Parahu. Untuk bisa masuk ke kawasan tersebut kita diharuskan merogoh kocek Rp.13000/orang (sebelum dikelola PT.GRPP, yang hiking dari Jayagiri tidak usah membayar tiket). Dari parkiran bus untuk menuju objek-objek dikawasan Tangkuban Parahu kita cukup menumpang angkutan wisata berupa mobil elf dengan tarif Rp.2500/sekali jalan.

Gunung Tangkuban Parahu
Gunung yang "dibuat" sangkuriang ini memang sudah terkenal karena keindahan panoramanya serta legenda yang masih kuat melekat pada masyarakat di tatar sunda pada khususnya. Gunung dengan jenis stratovulcano yang masih aktif ini memiliki puncak dengan ketinggian 2084 Mdpl ini memang menjadi salah satu andalan dan primadona daya tarik wisata daerah Bandung dan Jawa Barat. Kawah utama gunung ini yaitu Kawah Ratu akan menyambut para pelancong dengan pesonanya serta aroma belerang yang khas, kawah ini menurut legenda Sangkuriang adalah tempat dimana Dayang Sumbi menerjunkan dirinya sendiri ke dalam perut bumi karena tak rela dipersunting anaknya sendiri yaitu Sangkuriang.

Kawah Ratu
Fasilitas tempat wisata Tangkuban Parahu ini memang cukup lengkap, dari mulai mushola, toilet, ruang informasi, tempat sampah dan yang pasti penjual makanan dan souvenir. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju objek selanjutnya sebaiknya kita beristirahat sejenak untuk mengisi perut dan sholat. Untuk yang ingin berhemat sebaiknya membawa bekal dari rumah karena penjual makanan di kawasan wisata biasanya harganya lebih mahal dibanding harga normal.

Kawah Upas

Kawah Upas

Untuk menuju kawah upas tidaklah sulit karena sudah ada penunjuk jalan. Dari kawah utama (kawah ratu) kita harus berjalan sekitar 1 km dengan jalan berbatu, disepanjang perjalanan kita akan banyak menemui pohon manarasa yang memang sangat khas di kawasan ini serta bau aroma belerang yang cukup menyengat. Kawah upas adalah sebuah kawah yang berbentuk seperti hamparan kerikil yang luas serta terdapat banyak batu di sana-sini. Untuk turun ke dasar kawah ini disarankan untuk sangat berhati-hati karena kita harus melewati jalan yang terhimpit oleh batu batu besar. Di dasar kawah banyak terdapat gundukan-gundukan batu yang sengaja dibuat membentuk huruf-huruf yang merangkai sebuah nama sebagai penanda bahwa orang tersebut pernah datang.

Air Keramat dan Goa Cikahuripan

Penanda jalan menuju gua dan air keramat Cikahuripan


Objek selanjutnya adalah air keramat dan goa cikahuripan, untuk menuju tempat tersebut kita harus berjalan naik meniti anak tangga yang cukup membakar kalori dalam tubuh. Di tempat tersebut terdapat sumber mata air yang dikeramatkan oleh masyarakat sekitar karena dipercaya sebagai Sendang Dayang Sumbi dahulu serta masih banyak orang yang mempercayai bahwa air tersebut bisa menjadi obat awet muda ditandai dengan banyaknya orang yang membawa pulang air tersebut. Di dekat mata air tersebut terdapat sebuah goa atau bangker peninggalan belanda yang berukuran, lebar sekitar 1 m, tinggi 2 m dan panjangnya sekitar 50 m. Di bagian atas sebelum pintu masuk terdapat sebuah tulisan "AUG 1937". Di dekat tempat tersebut pun terdapat sebuah penanda berupa lingga yang menandai batas wilayah antara Kab.Subang dan Kab.Bandung Barat. Sebenarnya bila kita ingin masuk ke dalam goa tersebut gratis tapi karena gelap tak ada penerangan, jadi banyak dari para pengunjung yang menyewa lampu templok kepada kuncen seharga Rp.2000.

Goa yang diatasnya tertulis AUG 1937


Kawah Domas
Dari air keramat dan goa Cikahuripan kita lanjutkan perjalanan menuju Kawah Domas sebagai destinasi terakhir. Sebaiknya kita istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan. Kita mulai dari mushola dekat parkir motor, di sana terdapat sebuah plang penunjuk arah yang bertuliskan informasi jarak untuk menuju Kawah Domas 1,3 km. Dari situ kita diharuskan menuruni anak tangga yang terbuat dari batu dan pasti akan membuat lelah dan berkeringat. Kawah domas merupakan sebuah kawah yang banyak terdapat kolam yang berisi air belerang yamg cukup panas, terdapat pula kolam besar yang biasa digunakan untuk merebus telur yang dibawa para pengunjung.

merendam kaki di kawah domas

Sedang kolam yang ukuranya lebih kecil, biasanya digunakan untuk "merilekskan kaki" yang sudah berjuang keras dengan merendam kaki di kolam belerang dan cukup untuk meregangkan otot serta menyegarkan badan dengan uap yang dihasilkan. Alangkah indahnya bumi pasundan ini

Selanjutnya untuk perjalanan pulang kita cukup memotong jalan menuju parkiran atau tempat yang biasa digunakan sebagai penyewaan mobil, jarak dari Kawah Domas sekitar 1,5 km dengan jalan yang cukup rata dan udara yang segar. Ongkos dari Tangkuban menuju Pasar Lembang biasanya dipatok Rp.20.000 dan sebaiknya terlebih dahulu kita menawar kesepakatan tarif demi kenyamanan dan penghematan.

Semoga tulisan ini dapat membantu anda dan bermanfaat.
Tetap lestari alamku.


Foto : Doc Pribadi

-opik-

2 komentar:

  1. Luar biasa. Salut dengan postingan.a
    Inspiratif & cukup membantu.
    Terimakasih.

    BalasHapus
  2. trimakasih.. semoga bisa bermanfaat :)

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar