Sabtu, 30 Juni 2012

Perdana, Ikut kelas Aksara Sunda Kuna

Hari jum'at kemarin (29 Juni 2012) akhirnya saya berkesempatan ikutan salah satu kegiatan kreatif anak muda yang ada di kota Bandung, yaitu kelas belajar aksara sunda. Pertama alias perdana saya ikutan kelas belajar yang di adain tiap hari jum'at jam 7 malam ini. Kegiatan ini diadakan di salah satu bangunan bersejarah di Indonesia, Gedung Indonesia Menggugat. Sebenarnya udah lama tau kegiatan ini, apalagi semenjak masuk TV (acara kick andy hope, metro TV). Dedengkot kelas aksara sunda kuna (aksakun) ini adalah seorang gadis bernama Sinta Ridwan yang udah lulus kuliah S2 di jurusan Filologi Universitas Padjadjaran (Unpad).


Akasara sunda sendiri adalah aksara yang dulu pernah digunakan oleh masyarakat sunda (ya iyalah masa masyarakat Amerika :) ), tapi sekarang penggunaannya sudah jarang dipakai oleh masyarakat sunda sendiri. Menurut wikipedia pada awal tahun 2000-an pada umumnya masyarakat Jawa Barat (sunda) hanya mengenal adanya satu jenis aksara daerah Jawa Barat yang disebut sebagai Aksara Sunda. Namun demikian perlu diperhatikan bahwa setidaknya ada empat jenis aksara yang menyandang nama Aksara Sunda, yaitu :

1.Aksara Sunda Kuna, 
2.Aksara Sunda Cacarakan
3.Aksara Sunda Pegon dan 
4.Aksara Sunda Baku. 


Dari empat jenis Aksara Sunda ini, Aksara Sunda Kuna dan Aksara Sunda Baku dapat disebut serupa tapi tak sama. Aksara Sunda Baku merupakan modifikasi Aksara Sunda Kuna yang telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga dapat digunakan untuk menuliskan Bahasa Sunda kontemporer. Modifikasi tersebut meliputi penambahan huruf (misalnya huruf va dan fa), pengurangan huruf (misalnya huruf re pepet dan le pepet), dan perubahan bentuk huruf (misalnya huruf na dan ma).

Penggunaan Aksara Sunda Kuna dalam bentuk paling awal antara lain dijumpai pada prasasti-prsasasti yang terdapat di Astanagede, Kecamatan Kawali, Kabupaten Ciamis, dan Prasasti Kebantenan yang terdapat di Kabupaten Bekasi. Edi S. Ekajati mengungkapkan bahwa keberadaan Aksara Sunda Kuna sudah begitu lama tergeser karena adanya ekspansi Kerajaan Mataram Islam ke wilayah Priangan kecuali Cirebon dan Banten. Pada waktu itu para menak Sunda lebih banyak menjadikan budaya Jawa sebagai anutan dan tipe ideal. Akibatnya, kebudayaan Sunda tergeser oleh kebudayaan Jawa. Bahkan banyak para penulis dan budayawan Sunda yang memakai tulisan dan ikon-ikon Jawa.

Bahkan VOC pun membuat surat keputusan, bahwa aksara resmi di daerah Jawa Barat hanya meliputi Aksara Latin, Aksara Arab Gundul (Pegon) dan Aksara Jawa (Cacarakan). Keputusan itu ditetapkan pada tanggal 3 November 1705. Keputusan itu pun didukung para penguasa Cirebon yang menerbitkan surat keputusan serupa pada tanggal 9 Februari 1706. Sejak saat itu Aksara Sunda Kuno terlupakan selama berabad-abad. Masyarakat Sunda tidak lagi mengenal aksaranya. Kalaupun masih diajarkan di sekolah sampai penghujung tahun 1950-an, rupanya salah kaprah. Pasalnya, yang dipelajari saat itu bukanlah Aksara Sunda Kuna, melainkan Aksara Jawa yang diadopsi dari Mataram dan disebut dengan Cacarakan.


Di hari perdana saya kemarin, sebagai pemula saya di ajari penulisan aksara sunda baku. Pertama mungkin agak sedikit rumit menulis aksara yang meringkel-meringkel.  Tapi saya salut sama teman-teman di kelas akasakun, mau memperhatikan dan mengajarkan aksara sunda kuna yang mulai terlupakan pada khalayak umum.

bersambung

4 komentar:

  1. keren pik! udah bisa nulis apa? :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. udah bisa nulis nama sendiri :)..hordeeng

      Hapus
  2. Lanjutkan teruss :)

    **pacarnya Sinta Ridwan, temenku di Antrop lho
    **teu aya hubunganna

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar