Minggu, 08 Desember 2013

Catatan Perjalanan : Gunung Galunggung, Tasikmalaya


2 November 2013


Tasikmalaya, itulah tujuan perjalanan saya dan kawan-kawan dari satubumikita di awal bulan November lalu.Lebih tepatnya lagi berkunjung ke sebuah gunung yang pernah meletus hebat di sekitaran tahun 1982-1983, yaitu Gunung Galunggung. Perjalanan kali ini seperti biasa kami awali dari kota Bandung. Bertolak dari Terminal Cicaheum kami menggunakan bisjurusan Purwokerto via Tasik menuju Terminal Indihiang.  Perjalanan bis dari Cicaheum menuju Indihiang memakan waktu sekitar 3 jam, dari terminal Indiang kemudian perjalanan berlanjut menuju gerbang masuk Galunggung dengan mencarter 2 angkot.



Di dalam perjalanan menuju gerbang masuk Galunggung, saya sempat bertanya pada supir angkot yang membawa kami mengenai  Galunggung ketika dulu meletus. Diceritakan oleh supir angkot tersebut bahwa dulu saat Galunggung meletus, kondisi di desa sekitar gunung yang sekarang kami lewati keadaanya bisa dibilang mencekam, desa yang terkena dampak langsung hanya bisa menikmati langit terangsampai pukul 10 pagi dan lebih dari waktu tersebut langit hitam seperti kondisi malam yang dikabitkan oleh awan atau debu vulkanik Galunggung yang menutupi langit. 


Letusan Galunggung di era Soeharto menurut berbagai sumber berlangsung selama 9 bulan (antara tahun 1982-1983).Langit cerah di sabtu siang itu, mungkin tak akan kami nikmati pada sabtu di tanggal yang sama 29 tahun  lalu. Dan mungkin sebagian besar dari kami pun banyak yang belum terlahir ke dunia saat dentuman, pijaran api serta kilatan halilintar mengamuk di Galunggung. Sekitar 50 menit dalam angkot yang melaju, sampailah kami di gerbang Kawasan Wisata Galunggung yang terdiri dari 2 objek wisata utama yaitu kawah danau Galunggung dan pemandian air panas (Cipanas).


Selain menurut penuturan supir angkot,saya sempat bertanya juga kepada ibu penjaga warung, yang mengisahkan bahwa dulu lapak yang ditempatinya sekarang adalah sebuah sekolah dasar yang mungkin bisa jadi bangunannya terdampak langsung letusan. Lanjut menurut penuturan si ibu warung yang saat letusan sudah menikah, dikisahkan bahwa di saat keadaan genting  bencana tersebut masih saja ada orang yang tidak bertanggung jawab menjarah barang milik warga yang ditinggal mengungsi, bahkan kursi dan meja sekolah pun konon raib di gondol maling.


Perjalanan kembali berlanjut seusai sholat dzuhur dan makan siang.Saatnya kaki kami mulai bergerak melangkah.Selain jalan aspal, ada jalur alternatif menuju objek utama dekat danau kawah, yaitu melalui jalan setapak yang searah menuju Cipanas.Di awal jalur tersebut kami harus melalui kawasan Cipanas yang saat itu cukup ramai oleh penggunjung.Ada aliran sungai kecil yang jernih mengalir.Jalur kemudian menanjak ke sebelah kanan Cipanas dan masuk ke rimbunan dan mulai memasuki hutan.Kami ber-19 berjalan beriringan di jalur setapak yang banyak semutnya tersebut, entahlah kenapa banyak sekali semut di jalur yang kami lalui.Semakin memasuki hutan, suara raungan kendaraan mulai tak terdengar.Di kejauhan pelupuk mata, anak tangga ikon Galunggung terlihat kecil layaknya seekor cacing. Satu jam setengah yang kami habiskan di jalur setapak akhirnya berhulu di jalan aspal dan itu  tandanya sebentar lagi kami akan sampai di pelataran parkir (anak tangga).


Tak berapa lama kami berjalan, kembali kami melintas jalur berpasir, dan sampailah kami di pelataran parkir yang di hadapannya mengular ke atas anak tangga.Ya, anak tangga tersebut seolah menjadi salah satu ikon dari Galunggung selain wisata alam danau kawahnya.Anak tangga yang menurut papan informasi berjumlah 620 tersebut merupakan penghubung menuju puncak danau kawah (bukan Puncak Gunung Galunggung) sebagai titik pandang yang menarik untuk menikmati panorama danau kawah dari atas.



Gunung Galunggung sendiri menukil dari laman Wikipedia merupakan Gunung berapi aktif yang memiliki ketinggian 2.167 meter di atas permukaan laut.Menurut Volcanological Survey of Indonesia (VSI), kawasan Gunung Galunggung meliputi areal seluas ± 275 km2 dengan diameter sekitar 27 km (barat laut-tenggara) dan 13 km (timur laut-barat daya). Sebelah barat Gunung Galunggung berbatasan dengan Gunung Karasak, sebelah utara dengan Gunung Talagabodas Garut, sebelah timur dengan Gunung Sawal Ciamis dan di sebelah selatan berbatasan dengan batuan tersier Pegunungan Selatan. Gunung Galunggung dibagi dalam tiga satuan morfologi, yaitu: Kerucut Gunung Api,  Kaldera, dan Perbukitan Sepuluh Ribu. Karakter letusan Gunung Galunggung umumnya berupa erupsi leleran lava sampai dengan letusan yang sangat dahsyat yang berlangsung secara singkat atau lama.
Selain itu menukil dari beberapa sumber.Wilayah Galunggung pada zaman dulu merupakan salah satu pusat spiritual kerajaan Sunda pra Pajajaran, dengan tokoh pimpinannya Batari Hyang sekitar abad ke-XII.Saat pengaruh Islam menguat, pusat tersebut pindah ke daerah Pamijahan. Sementara naskah Sunda kuno lain adalah Amanat Galunggung yang merupakan kumpulan naskah yang ditemukan di kabuyutan Ciburuy, Garut Selatan berisi petuah–petuah yang disampaikan oleh Rakyan Darmasiksa, penguasa Galunggung pada masa itu kepada anaknya.



Sebelum melahap jalur anak tangga, sejenak kami pun menghela nafas kembali di warung-warung yang banyak tersedia di pelataran parkir. Siang pun mulai berganti sore, dan kami cukup beruntung sabtu di awal November ini cerah, tak seperti hari-hari yang lalu, hujan menggila. Beriringan kembali kami mulai melangkahi anak tangga.Pemandangan dari atas memang cukup bagus, panorama Tasik terlihat cukup jelas.Dan sampailah kami di titik pandang danau kawah, permukaan yang kami pijak adalah pasir berwarna kehitaman sisa letusan dahulu.Di bawah, terlihat kawah Galunggung yang sudah menjadi danau dengan warna airnya yang hijau. Danau tersebut konon memiliki bagian dengan kedalaman sekitar 200 meter, yang menjadikannya cukup berbahaya untuk orang yang berenang di sana. Di tengah danau terdapat 2 bukit kecil yang menurut Wikipedia merupakan kubah lava, dan oleh warga dinamai Gunung Jadi, bukit kecil tersebut timbul setelah terjadi letusan tahun 1918. Gunung Galunggung menurut penuturan akang salah satu pemilik warung, tercatat sempat pernah aktif di tahun 2012 yang ditandai dengan kandungan sulfur yang tinggi. Untuk saat ini mungkin Galunggung sedang tertidur lelap sesudah 4 kali meletus besar dalam sejarah manusia (yang tercatat tahun 1822, 1894, 1918 dan 1982-1983 ).


Dinding cadas yang menjulang dan mengelilingi kawah membuat kami sangat kecil sebagai manusia yang angkuh dan sombong.Perjalanan kembali berlanjut menuju danau kawah menuruni jalan setapak.Sang surya mulai kembali ke peraduannya, halimun mulai menyeruak menghias guratan lukisan Tuhan. Di sisi danau kawah, tenda kami dirikan, malam pun cepat datang, dan kebersamaan mulai menghangat bersama api unggun.  Di atas sana bintang gemintang menebar di luasnya langit, seolah menemani kami yang sejenak menyepi dari bisingnya hiruk pikuk kota.


 Terima kasih.

8 komentar:

  1. jadi inget dua taun lalu pas kesini..... Galunggung itu ngangenin... bikin betah... adem. dan ga akan lupa juga sama anak tangganya yang bikin shock, hahaha...

    BalasHapus
  2. hahaha..anak tangga emang ikon galunggung..

    BalasHapus
  3. Kata temanku yang orang Tasik, galunggung ini biasa saja.. makanya belum sempat ke sana juga.. tapi kalau lihat fotonya kok bagus ya :D

    BalasHapus
  4. biasa atau tidak, indah atau tidak.. tergantung pandangan kita dan alam yg Tuhan ciptakan semua indah/istimewa :))

    BalasHapus
  5. gunung yang melegenda, trutama letusannya yg dahsyat

    liat gnung bawaannya mupeng :(

    BalasHapus
  6. Pengen rasa nya jalan - jalan kesana....
    akan tetapi sulit untu ksana di karena kn gak punya teman apalagi saudara...

    jadi di impan dulu angan - angan nya untuk kesana....

    BalasHapus
  7. Terimakasih infonya jangan lupa kunjungi website kami http://bit.ly/2Pu5xNo

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar