Sabtu, 14 Desember 2013

KRD, kereta ekonomi yang mulai ramah



Sekitar 2 tahun yang lalu saya pernah sedikit menulis tentang KRD (Kereta rel diesel) ekonomi yang kepanjangannya banyak dipelesetkan menjadi “Kereta Rakyat Djelata”. Ya, bukan tanpa sebab pelesetan tersebut dikarenakan moda transportasi massal yang berada di teritori PT.KAI DAOP 2 Bandung tersebut, kondisinya bisa dibilang sangat kurang layak dan memprihatinkan. Setiap gerbong yang sedang beroperasi sering kali penuh sesak berjejal oleh penumpang dan hilir mudik pedagang, keriuhannya sudah seperti di pasar kaget. Disertai kondisi kebersihan dan kenyamanan penumpang yang entah nomor sekian. 



Tapi entahlah walaupupun kondisi kereta seperti itu, saya cukup senang menaiki KRD, di sana kita bisa berbaur dengan banyak orang dan melihat langsung dari dekat masyarakat dan tentu pula alasan karena tiketnya sangat murah dibandung naik angkot. KRD memang sangat menjadi andalan transportasi massal yang murah dengan jangkauan jalur yang cukup panjang dari ujung barat Bandung hingga ujung timur, melayani jurusan dari Stasiun Padalarang hingga pemberhentian terakhir di Cicalengka dan sebaliknya.


Di awal paragraf mungkin saya sedikit mengeluhkan kondisi kereta yang kurang layak, dan saya cukup bersyukur bahwa pihak kereta mulai membenahi fasilitas  KRD ekonomi yang sering terpinggirkan (mungkin karena tiketnya murah jadi keuntungannya kecil..hehe *suudzon). Terakhir mendapati suasana yang sangat padat dan sesak sekitar setahun yang lalu saat akan melancong ke curug cinulang, di saat jam padat seperti pagi dan sore, susah sekali bergerak apalagi mendapat tempat duduk. Dan bisa dibilang itu mungkin cerita lama, sekarang saya mendapati KRD lebih ramah terhadap masyarakat kecil seperti saya dan lebih nyaman. Fasilitasnya pun cukup memadai, pendingin ruangan, colokan listrik, tabung pemadam dan kebrsihan yang mulai terjaga.


Walaupun bisa dikatakan secara umum, kereta di Indonesia masih banyak kekurangan dan kecelakaan kereta kadang sering menjadi sebuah peristiwa yang menghebohkan karena kadang/sering merenggut korban jiwa. Seperti peristiwa beberapa hari yang lalu (tabrakan kereta dan truk pertamina di jakarta).






Semoga saja transportasi massal ini menjadi moda yang bisa mengangkut lebih banyak orang dan institusi si empu kereta bisa menambah armadanya dan meningkatkan pelayanan, hingga orang lebih memilih memakai transportasi publik massal dibanding dengan memakai kendaraan pribadi. Karena itu bisa jadi lebih menyenangkan.






2 komentar:

  1. Salam kenal mas. Salut atas ulasan mengenai kereta api yang banyak mas tulis. Dengan memperhatikan bahwa mas adalah salah satu penggiat pelestari kereta api, dengan ini saya sampaikan usulan agar untuk kereta komuter (KRD) perlu disediakan gerbong untuk penumpang yang membawa sepeda. Saya punya pengalaman terkait hal ini. Ceritanya begini : pada bulan Desember tahun 2013 (tanggalnya saya lupa) saya bekerja di cicalengka. Saat itu, pada saat berangkat kerja ke cicalengka dari daerah Margahayu, saya naik sepeda. Pada saat pulang kerja, hari mulai turun hujan, maka saya berniat pulang kerja naik kereta api dan sepeda saya bawa naik ke kereta api dari setasiun Cicalengka menuju setasiun Kiara Condong. Nah, saat itulah saya hampir ditolak, tidak diperbolehkan naik kereta api oleh petugas penjual tiket, petugas pengawas pintu masuk peron dan oleh petugas PPKA setasiun Cicalengka, hanya karena saya membawa sepeda dengan alasan bahwa peraturannya penumpang KA dilarang membawa sepeda. Saya memohon-mohon agar diperbolehkan naik KA ke setasiun Kiara Condong karena saat itu mulai hujan deras. Akhirnya PPKA setasiun Cicalengka memperbolehkan saya naik kereta api dengan membawa sepeda saya tetapi saya disuruh membeli karcis 2 buah dan sepeda harus dipreteli/dibongkar rodanya. Saat itu saya berpikir kalau di negara-negara maju, orang yang bekerja naik sepeda dengan ditambah naik kereta api (sepeda dibawa ke dalam kereta api komuter) sangat didukung oleh pemerintah. Tetapi mengapa di Indonesia tidak diperbolehkan/dilarang? Saya memahami sikap petugas setasiun Cicalengka tersebut semata-mata hanya menjalankan peraturan...tetapi mungkin sebaiknya ke depannya peraturannya yang sebaiknya diubah, dimana pengendara sepeda mendapatkan fasilitas yaitu diperbolehkan naik kereta dengan membawa sepedanya. Jika sudah diubah, maka peraturan tsb harus disosialisasikan...sehingga makin banyak orang yang bekerja naik sepeda dan kereta komuter, bukan mobil atau sepeda motor. Demikian saya sampaikan. Terima kasih.

    BalasHapus
  2. Iya kini semuanya sudah dibenahi, dan memang sih, untuk rak bagasi khusus sepeda nampaknya PT KAI harus memikirkannya deh. Mau tidak mau mereka harus sediakan space itu ditiap gerbong, tidak perlu besar tapi ada dan memungkinkan pesepeda memanfaatkannya.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar