Minggu, 13 Maret 2011

Jalan-jalan Via Bojong Koneng

Langit Bandung yang cerah di pagi itu dan mentari pun tersenyum lebar hangatkan bumi iringi langkah saya dan kedua teman saya yang bermaksud jalan-jalan santai di pagi itu. Kami mulai berjalan menyusuri bantaran sungai Cidurian yang kotor,berwarna sedikit kehitam-hitaman di bilangan jalan cikutra,kami mulai melewati sebuah universitas swasta yang cukup terkenal dengan bangunan yang berdiri angkuh menghadap sungai Cidurian yang tercemar.

Perjalanan berlanjut menyusuri gang-gang sempit,dan tak berapa lama kami berjalan diantara gang dan jalan yang mulai berdebu,kami pun sampai di Taman Makam Pahlawan di ujung jalan Cikutra.Perjalanan berlanjut menyusuri anak tangga menuju tempat yang paling tinggi di pemakaman tersebut,disana bersemayamlah sang Bapak Angklung Daeng Sutigna yang sangat berjasa terhadap perkembangan angklung.

Makam Daeng Sutigna

Taman Makam Pahlawan sendiri bisa dikatakan terdiri dari 2 bagian yaitu komplek pemakaman umum (muslim dan non muslim) dan pemakaman untuk pahlawan. Pemakam tersebut bisa dikatakan sudah sangat padat dan lahan kosong untuk pemakaman sudah sangat sulit sehingga banyak makam yang tak terusus dan terbengkalai di tumpuk oleh jenazah baru (sistem tumpang). Selain itu area pemakaman pun hampir tak berjarak dengan area pemukiman warga,warga pun sudah tak canggung bertetangga dengan makam-makam yang berdampingan dengan kehidupan mereka.

Perjalanan berlanjut,kamu kembali menyusuri lika-liku gang-gang di bantaran sungai Cidurian. dan tak berapa lama kami pun keluar di daerah Bojong koneng da meneruskan perjalanan yang semakin menanjak. Bojong koneng sendiri adalah sebuah kawasan disekitar jalan cikutra yang beberapa tahun terakhir cukup dikenal sebagai salah satu penghasil kue kering (khususnya daerah bojong koneng bagian atas).

Jalan yang menanjak cukup menguras keringat kami,kami pun sampai disentra pembuatan kue kering yang telah disebutkan tadi. Disan terdapat sekitar 5 tempat produksi yang mengahsilkan kue kering dan yang cukup dikenal adalah J n C dan Ina cookies. Disana kami hanya sekedar lewat dan lain kali mungkin akan membeli produk2 tersebut..hehe

Di atas sana pun tak luput dari pembangunan yang cukup cepat dengan cukup banyaknya komplek perumahan yang berjejer di sisi jalan,seingat saya saat kecil dulu sekitar 10 tahun kebelakang daerah tersebut masih berupa kebon-kebon bersemak belukar tapi sekarang tergantikan oleh tembok-tembok perumahan mewah. Pemandangan kota Bandung yang padat dapt kita lihat diatas sana ditemani bukit-bukit yang gundul nan gersang.





Perjalanan terus berlanjut,kami mulai memasuki Desa mekar saluyu,disana terdapat sebuah persimpangan jalan,bila kita mengambil jalan lurus maka jalan tembusnya ke daerah Dago,Warung Daweung,Caringin Tilu,dan Lembang. sedangkan bila kita berbelok ke kiri kita menuju daerah awiligar. Dan kami putuskan tuk berebelok menuju ke awiligar. Terik sang mentari pun pun mulai menyengat iringi langkah kami berbasuh peluh. kami pun melewati sebuah area sekiatr 2km persegi yang dibatasi oleh dinding tembok tinggi serta kawat berduri dan dijaga oleh TNI,menurut salah satu tentara yang menjaga kawasan itu,area tersebut adalah bunker peninggalan jaman penjajahan Belanda yang masih terdapat ranjau tapi sekarang digunakan oleh TNI hingga kini. bersebalah dengan kawasan beranjau tersebut terdapat sebuah lapanangan golf yang luas (kalau tidak salah hingga komplek perumahan di dago atas,the view).

Awas Ranjau

Jalan berliku,menurun dan menanjak menjadi cerita perjalanan kami di pagi itu.Ya itung-itung olah raga setelah lama tak hiking jalan beraspal pun jadi.he. Sebelum adzan berkumandang perjalanan pun berakhir di jalan cukang kawung,Cikutra barat.


--Selesai--





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar