Bandung, Sabtu 02 Januari 2010
Dengan mata yang masih sayu dan ngantuk saya terbangun dan beranjak dari tempat tidur. Saat melihat jam waktu menunjukkan pukul 02.40 dini hari. Sesaat kemudian handphone pun berdering dengan 2 sms masuk. Sms pertama dari derry (ujang endey) dan shela yang bermaksud membangunkan saya. Karena subuh ini kami bertiga (saya, derry n shela) akan melakukan perjalanan pertama di tahun baru dan tersubuh ke sebuah tempat yang sangat indah di daerah pinggiran Bandung.
Perjalanan pun dimulai kawan-kawan.
Sekitar pukul 03.40 kami memulai perjalanan dari rumah saya di sekitaran jalan cikutra (depan sman 10 Bandung). Setelah berjalan sedikit ke perempatan jalan suci, lalu kami naik angkot jurusan cicaheum -ciroyom, sekitar 20 menit kami pun turun di simpang dago (dengan ongkos Rp.2500/orang). Kami putuskan tuk mengisi perut dulu dengan membeli nasi kuning (Rp.4000/porsi) di sekitaran pasar simpang dago. Setelah mengisi perut sejenak, kami lanjutkan perjalanan. Dari simpang dago kami naik angkot jurusan dago-kalapa yang kearah terminal dago, beberapa menit kemudian kami pun sampai di terminal dago (ongkos Rp.1500/orang).
Dari terminal dago kami berjalan menuju dago atas, udara yang masih sangat dingin dengan suasana yang masih sepi dan gelap tak menyurutkan niat kami tuk meneruskan perjalanan. Waktu pun sudah mulai menunjukkan puku 04.40, kami putuskan tuk sholat subuh di masjid jami yang berada di pinggir jalan dago atas, selesai sholat perjalanan pun kami mulai kembali. Jalanan pun masih sangat sepi, hanya sesekali melintas angkot-angkot yang membawa ibu-ibu ke pasar. kami pun berjalan beriringan ditemani udara yang dingin nan sejuk, di depan jalan kami pun berbelok ke arah kiri dan masuk ke sebuah komplek perumahan mewah (Dago Resort pakar) yang di area perumahan terdapat sebuah lapangan golf (di plang dipinggir jalan tertulis lapangan golf 2 km). Kami terus berjalan ke dalam komplek tersebut, berjalan menanjak diantara pepohonan yang berjejer rapih di kiri kanan jalan area komplek.
Pemandangan di atas sana pun cukup indah. Tak terasa langit pun mulai mulai sedikit terang kebiru-biruan tapi tempat yang kami tuju masih sangat-sangat jauh. Rumah-rumah mewah di kiri kanan jalan pun telah kami lalui, tempat golf pun sudah terlihat. Lapang golf yang luas dengan gedung, kantor atau meeting point nya pun cukup megah dengan arsitektur berbentuk kubah yang cukup indah. Rumah-rumah di sana pun sengaja di hadapkan ke arah view kota bandung, karena memang view di atas sana cukup indah.
Setelah melewati komplek perumahan, di ujung komplek kami harus melewati jalanan berbatu, licin dan becek kontras sekali dengan jalan di perumahan tadi. Kami pun memasuki desa Mekarsaluyu yang tidak jauh dengan perumahan tadi.Waktu pun sudah menunjukkan pukul 05.30, tapi tempat yang kami tuju masih jauh. Warga desa yang kebanyakan berprofesi sebagai petani mulai beraktifitas mengiringi langkah kami ditambah suara deru mesin penyemprot pestisida yang membahana terdengar ke segala arah.
Setelah melewati pemukiman desa tadi, kami berjalan di jalanan beraspal cukup bagus yang di kiri kanannya terhampar tanaman seperti: kol, kentang, seledri dll. Tanaman tersebut ditanam kebanyakan ditanam bukan ditempat yang datar melainkan di bukit-bukit, karena kondisi daerahnya yang berbukit bukit. Pemandangan di sana pun cukup indah, ditambah dengan tanaman yang ditanam berjejer rapih. Apabila tanaman-tanaman tersebut dilihat dari jauh seperti memiliki pola dan ada yang seperti motif bergaris yang cukup rapih.
Sayuran yang ditanam berpola |
Matahari pun mulai bersinar mengiringi perjalanan kami,karena mulai merasa cukup lelah kami pun beristirahat sejenak dipinggir jalan yang menanjak sambil memakan buah rambutan yang dibeli shela dari petani yang sedang berjalan ditengah perjalanan tadi.
Jalan yang harus kami lalui sangat menanjak, mungkin derajat kemiringan nya sekitar 55'-75' derajat..hehe (sotoy). Setelah cukup berisirahat kami pun berjalan kembali, karena disana tidak ada angkutan maka para petani yang tidak memiliki kendaraan harus berjalan cukup jauh ke kebun mereka.
Beruntungnya kami karena kebetulan melintas mobil bak terbuka yang mengangkut ibu ibu petani,kami beranikan diri meminta tumpangan dan dengan baik hati sang supir pun mengizinkan kami naik, perjalanan pun menjadi sedikit ringan dan menghemat waktu. 15 menit kemudian kami pun sampai didepan jalan tempat yang kami tuju,setelah berterima kasih pada sang supir dan ibu ibu petani kami pun turun dari mobil. Di depan jalan tersebut ada sebuah plang bertuliskan 'Warung Daweung', tempat itulah yang kami kami tuju.dari jalan kami harus berjalan keatas sekitar 100 meter.
07.30. kami sampai di warung daweung,warung yang berada diatas perbukitan yang tinggi,disana kami bisa melihat view kota bandung dengan yang berselimut awan.Bila dibandingkan dengan caringin tilu kalah indah dengan warung daweung lah..hehehe (bukan bermaksud promosi yah).
Rasa lelah dan pegal terbayar dengan pemandangan yang sangat indah. Subhanalloh, ciptaan Allah yang sangat indah dengan view kota bandung yang berselimut awan dan dikelilingi pegunungan yang melintang dari timur ke barat.Bisa diibaratkan kami sedang berada dinegeri awan.Kopi yang telah diseduh dari rumah menambah nikmat suasana(walau rasanya kurang manis karena terlalu banyak air,jadi seperti rasa bajigur),kami punmemesan 3 porsi pisang keju(Rp.7000/porsi). Sambil menunggu pisang keju datang,kami tak lupa mengabadikan keindahan disana dengan sedikit berfoto.
kiri-kanan : Derry, shela dan saya |
Pisang keju pun datang(pisang yang telah dilumuri tepung lalu digoreng dan ditaburi keju serta parutan gula kawung/gula merah),rasanya cukup nikmat dan unik sambil makan diatas kursi dan meja yang terbuat dari batu dengan latar bukit-bukit dan pemandangan view kota bandung yang masih berselimut awan.Makanan pun habis ,setelah puas berfoto dan dan menikmati keindahan alam, kami putuskan tuk pulang. Matahari pun mulai menghangatkan tubuh kami mengiringi perjalanan pulang kami.
08.45. perjalanan pulang pun dimulai. Kami harus melewati beberapa desa/daerah diantaranya Ciharalang, Cimenyan, Cibante
ng, Mandala mekar dll. Dengan banyak bertanya pada warga karena kami belum tahu jalan pulang, dengan petunjuk dari para warga kami terus berjalan dan berjalan. Kami lagi-lagi harus melewati jalanan yang menanjak dan menurun serta berkelok kelok yang cukup membuat pegal. Di kiri kanan berjejer bukit bukit yang telah ditanami kol, kentang, seledri dll (seperti saat perjalanan pergi), di sana bukitnya lebih banyak, sejauh mata memandang hampir semua hamparan bukit yang ditanami dan lanit biru yang cerah.
Jalanan lurus beraspal nan sepi kami lalui tak terasa matahari mulai tak bersahabat dan panas mulai sedikit menyengat. Di tengah perjalanan kami melihat sebuah bukit yang di atasnya terdapat banyak batu-batu besar berwarna sedikit kehitam-hitaman (sepertinya batu bekas letusan gunung berapi). Setelah melihat lihat, mengamati dan sedikit berfoto diatas 'taman batu mini' tersebut, lalu kami lanjutkan perjalanan pulang. Kami terus berjalan beriringan melewati pemukiman dan kebun kebun warga lalu di depan kami ada 2 persimpangan, setelah bertanya pada pada petani kami baru tahu bahwa jalan 2 tersebut yang kekiri (bawah) kearah cicaheum yang kekanan (atas) ke arah caringin tilu,kami putuskan tuk memilih jalan yang kearah cicaheum.Setelah karena jaraknya lebih dekat kearah pulang.Setelah 'gugurusukan' melewati kebun orang lain,perjalanan pun dimulai kembali dan masih sangat sangat jauh.Kata seorang ibu yang kami tanyai sekitar 2 jam lebih menuju cicaheum dengan berjalan kaki.
Setelah berjalan sekitar 1 jam, melintas sebuah mobil bak terbuka (seperti cerita diawal) kami putuskan tuk menmpang, dengan baik hati sang supir pun mengizinkan kami naik. Karena mobil yang kami tumpangi tidak mengangkut apa apa jadi kami sedikit leluasa. Senangnya kami naik mobil tumpangan tersebut, sambil berdiri berjejer bertiga di belakang kepala mobil dan berpegangan ke besi karena takut jatuh dengan jalan yang masih berkelok kelok dan sedikit bergelombang. Kami malah asyik dan tertawa tawa karena sedikit merasa malu sebab banyak banyak warga melihat kami tapi kami sedikit cuek aja..hehe
Di sisi kiri kanan jalan banyak terdapat pohon mangga/limus yang rantingnya sedikit menjuntai ke jalan. Kami pun harus sedikit hati-hati agar rantingnya tak melukai kami dengan sedikit menghindar dan menunduk. Terlintas diobrolan kami tuk 'ngarabut buah batur' yang menjuntai tadi tapi karena masih ada iman di dada dan takut dosa jadi kami urungkan niat busuk itu..hehehe. Tak berapa lama kami pun diturunkan di daerah Jatihandap, setelah berterima kasih pada sang supir perjalanan pun kami lanjutkan dengan berjalan kaki lagi. Dengan sisa tenaga dan semangat di dada yang masih terkumpul kami pun berjalan beriringan menuju tempat peraduan .
11.30. Alhamdulillah kami pun sampai di daerah cicaheum tepatnya keluar di gang irit (dekat jembatan penyebrangan).
Foto : Derry (ujang endey) dan Shela
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak anda.
Terima kasih sudah berkomentar