Kamis, 28 Juli 2011

Catatan perjalanan : Botram di Curug Siliwangi

24/07/2011

M inggu pagi yang hangat serta diiringi cuaca cerah ceria menemani perjalanan kami menuju kawasan Wanawisata Gunung Puntang yang berada di daerah Cimaung, Kabupaten Bandung. Kami yang berjumlah-12 orang bertolak dari Tegallega sekitar pukul 08:15 dengan menggunakan angkot carteran. Sekitar 1 jam kemudian kami pun sampai di gunung puntang, udara yang sejuk dan pepohonan yang tinggi menjulang menyapa kehadiran kami yang cukup penat dengan keriuhan kota yang padat.

Tujuan utama kami adalah curug (air terjun) siliwangi yang berada dijauh rimbunnya pohon serta di balik gunung-gemunung. Sebelum menuju Curug siliwangi, kami menyempatkan diri sejenak singgah ke Curug cikahuripan dan kolam Cinta yang tak jauh dari tempat berkemah (tanah lapang dekat warung dan wisma penginapan). Sekitar 15 menit berjalan sampailah kami di curug cikahuripan. Curug tersebut memiliki tinggi sekitar 10 meter dengan air yang mengalir jerih dan dingin. Di sekitar curug terdapat sebuah batu yang dinamakan batu sembahyang, entahlah apa maksudnya.

Curug cikahuripan




Batu sembahyang

Setelah sejenak menikmati keindahan curug, perjalanan berlanjut menuju kolam cinta. Kolam Cinta adalah sebuah kolam bekas penampungan air untuk mikrohidro pembangkit listrik radio malabar yang dibangun di zaman kolonial Belanda dulu, dulu di depan kolam tersebut terdapat sebuah bangunan besar dan cantik yang berfungsi sebagai stasiun radio malabar. Kawasan yang sekarang menjadi wanawisata gunung puntang sebenarnya menyimpan banyak sekali cerita sejarah tentang pertelekomunikasian di Hindia Belanda (Indonesia).

Berdiri di kolam cinta


Di kawasan ini dulu pernah dibangun stasiun radio pertama yang menghubungkan Hindia belanda dengan negeri Belanda yang berada di sebrang samudra sana. Stasiun radio malabar di buka dan diresmikan oleh Gubernur Jendral Mr. De Fock pada tgl 5 mei 1923. Selain bekas kolam terdapat pula puing-puing sisa komplek pemukiman pegawai radio malabar dan sebuah gua yang biasa di sebut gua belanda.

Perjalanan sesunguhnya pun dimulai. Ya, perjalanan menuju Curug siliwangi. Untuk menuju curug siliwangi kami harus menempuh jarak sekitar 3,5 km dari kolam cinta. Trek yang harus dilalui pun cukup "asyik" dengan menyusuri sungai Cigeurueh yang berbatu-batu dengan airnya yang jernih serta dingin. Perjalana kami sedikit terhambat oleh serombongan pelajar SMP anggota pramuka yang sedang menyusuri sungai, jumlah mereka sekitar 40 orang lebih. Kami pun memutuskan untuk beristirahat sejenak dan memberi jarak dengan rombongan tersebut. Setelah dirasa cukup bersitirahat perjalanan pun berlanjut dan masih menyusuri sungai. Udara yang sejuk, pepohonan serta pemandangan alam yang indah menemani perjalanan kami. Trek pun berganti dari menyusuri sungai berbatu menjadi jalan setapak yang menanjak dan sesekali melintasi "gawir" (jurang).

Menyusuri Sungai


Sedikit mengenai Curug siliwangi, dalam sebuah riwayat, disebutkan bahwa di tatar sunda terdapat sebuah kerajaan bernama Kerajaan Malabar yang dipimpin oleh seorang Ratu. Kerajaan tersebut masih berada dalam kekuasaan/bawahan kerajaan Pajajaran yang dipimpin oleh Prabu Siliwangi. Diceritakan pula bahwa Prabu Siliwangi dan Ratu tersebut menikah dan dikaruniai anak.

Saat melahirkan sang anak tersebut, sang ratu berpegangan pada sebuah pohon besar yang berada di sekitar Gunung Malabar. Gunung tempat tumbuhnya pohon tersebut kemudian dinamakan Gunung Puntang. Dalam bahasa sunda, "Muntang" berarti berpegangan pada sesuatu agar tidak terjatuh, dalam hal ini ratu "muntang" ke pohon. Lalu setelah bayi itu lahir dibawalah ke Gunung Reregean untuk di bersihkan (dimandikan). Di tempat itu kemudian muncul air terjun (Curug) yang sekarang kita kenal sebagai Curug siliwangi. Wallohualam.

Curug siliwangi


Sekitar 5 jam perjalanan kami tempuh dengan cukup "ha..he..ho". Alhamdulillah akhirnya kami pun sampai di curug Siliwangi. Sebelum berbasah-basahan, kami memilih tuk mengisi perut yang sedari tadi sudah "kukurubukan" meronta-ronta tuk diisi oleh sesuatu makanan khususnya nasi..hehe. Setelah berlelah-lelah ria, perbekalan yang sengaja di bawa oleh saudari Ulen untuk kami pun dibuka,makasih ya Ulen (sering-sering aja ya..hehe). Mantap.

Kami pun sudah tak sabar, dan langsung menyerbu makanan yang hanya berlasakan streoform, daun pisang dan tanah.Nikmat. Botram (makan bersama) di alam terbuka pun menjadi klimaks perjalanan kami saat itu.
Kata saudari Ulen, mamahnya sengaja masakin makanan buat kami-kami untuk munggahan (menyambut bulan puasa). Dengan beralasakan tanah dan daun pisang serta beratapkan langit kami pun botram di Curug Siliwangi.

Makanan Botram munggahan dari mamahnya Ulen


Terimakasih teman-teman semua, selamat menyambut bulan suci Ramadhan, mohon maaf bila saya ada kesalahan dan khilaf. Tetap Lestari alamku.



Buku bacaan : Jendela Bandung, Pengalaman Bersama Kompas (Her Suganda)

Baca pula tentang curug lainnya :



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar