Minggu, 15 Mei 2011

Catatan Perjalanan Ke Curug Malela

Bandung, 30 April 2011

Sabtu pagi yang cerah, saya bersama teman-teman berkesempatan mengunjungi sebuah air terjun (Curug-red) yang berada di pelosok daerah rongga yang nun jauh disana. Tepatnya di Kampung Manglid, Desa Cicadas, Kecamatan Rongga, Kabupaten Bandung Barat. Ya, curug yang dimaksud adalah Curug Malela yang kini mulai populer dikalangan para pelancong/wisatawan ataupun para petualang.

Sekitar jam 8 pagi perjalanan menuju curug malela kami mulai, bertolak dari Terminal Ciroyom yang becek dan bersatu dengan pasar. Perjalanan kami mulai dengan naik angkutan umum berupa mobil elf jurusan Bandung-Bunijaya dengan ongkos Rp.15.000, waktu tempuh sekitar 4 jam. Selain elf bisa juga menggunakan bus berukuran sedang jurusan yang sama dan tempat pemberhentian yang sama pula tapi dengan ongkos yang sedikit berbeda,Rp.20.000 serta waktu tempuh yang sedikit lebih lama dibanding elf, sekitar 5 jam perjalanan.

Elf pun melaju dengan kencang seperti mobil balap. Pantat saya pun cukup panas berjam-jam duduk di dalam elf. Serta atraksi dari sang supir yang menunjukkan kelihaiannya mengendarai elf dengan sering bermanuver dan cukup membuat "sport jantung" . Setelah perjalanan yang cukup jauh,kami pun tiba di Bunijaya sebelum adzan dzuhur berkumandang.

Kami disambut "hangat" oleh para tukang ojeg yang menawarkan jasa untuk mengantarkan kami menuju Curug Malela. Untuk ongkos ojeg sendiri mereka mematok harga yang cukup bervariasi berkisar Rp.50.000-Rp.80.000 (Pergi-Pulang), tergantung bagaimana kita bisa menawar. Dan akhirnya kami memutuskan untuk berjalan kaki saja menuju Curug untuk menghemat uang. Kata tukang ojeg jarak dari Bunijaya ke Curug Malela sekitar 13km-an lebih.

Kebun teh Montaya





Kami pun berjalan di bawah panas yang cukup terik. Setelah berjalan sekitar 4km lebih (menurut alat pengukur jarak), melintaslah sebuah truk tak bermuatan yang akan menjemput pemetik teh di Perkebunan teh (Montaya) yang berada di ujung jalan sana. Kami pun memutuskan menumpang truk tersebut untuk menghemat waktu dan tenaga. Dengan baik hati sang supir pun mengizinkan kami menumpang.

Jalan berbatu membuat truk melaju "ajrug-ajrugan" (sedikit loncat-loncat-red) dan mengocok perut dan tubuh kami. Di sisi kiri-kanan jalan terhampar luas perkebunan  teh Montaya yang luas dan diselingi bukit-bukit yang bergelombang. Setelah sekitar 15 menit di dalam truk, kami pun sampai di pos perkebunan. Ternyata di sana telah menunggu para pemetik teh yang siap dijemput. Setelah berterima kasih pada sang supir, perjalanan pun kami lanjutkan dengan berjalan kaki kembali. Perjalanan menuju Curug pun masih sangat jauh, tersembunyi dibalik bukit-bukit di ujung pelupuk mata.

Di dalam Truk ,dari kiri kekanan : Penulis, ruri, fajar, gustav, astri, putri

Setelah sekitar 10 menit kami mulai berjalan, melintaslah truk tak bermuatan yang akan mengangkut kayu cemara, kebetulan arahnya sama menuju Curug, dan sudah bisa ditebak bukan?  Kami pun menumpang kembali naik ke dalam truk. Jalan berbatu yang sangat parah, membuat kami terombang-ambing di dalam truk. Selain jalan yang rusak parah, di sisi jalan diperparah dengan adanya jurang yang cukup curam dan bisa dibayangkan apabila truk yang kami tumpangi tiguling (terbalik-red)  bisa dipastikan para penumpangnya ....? (isi sendiri ) . Tapi untungnya Supir di Indonseia adalah supir terbaik se-Dunia jadi medan sesulit apapun dapat diatasi. hehe. Setelah sekitar 30 menit terombang-ambing di dalam truk, truk pun sampai di tempat penyimpanan kayu yang akan di angkut. Setelah "Cap Nuhun" pada supir yang sepertinya pada baik-baik dan tidak sombong, perjalanan pun kembali dilanjutkan dengan berjalan kaki sampai ke Curug Malela.

Jalan berbatu nan jelek, tanah becek adalah medan yang harus dilalui. Tapi pemandangan di sana sangat indah, lembah, barisan bukit, gunung menjadi teman perjalanan kami. Sungguh indah Ciptaan sang Khaliq yang maha pencipta. Subhanallah.

Setelah berjalan sekitar 1 jam,kami pun sampai di tempat parkir  yang dikelola warga/pemilik warung. Perjalanan masih cukup jauh, kami harus berjalan menuruni anak tangga dan turunan dengan jalan yang cukup bagus karena telah disemen. Curug Malela pun semakin dekat, di warung terakhir yang terdekat dengan Curug, kami bisa melihat Curug Malela dari atas ketinggian, sungguh indah.

Curug malela dari kejauhan


Tapi perjalanan belum berakhir,karena untuk menuju Curug ternyata masih harus dilalui dengan menyusuri jalan setapak dan persawahan serta rerimbunan semak. Dan, Alhamdulillah, akhirnya kami pun sampai tepat di depan Curug Malela. Tak sia-sia kami jauh-jauh datang, pemandangan yang indah cukup membayar perjuangan kami. Debit air yang cukup besar membuat suara gemuruh jatuhan air memecah kesunyian alam sekitar. Curug yang memiliki ketinggian sekitar 25-30 meter dengan lebar sekitar 30 meter membuat Curug tersebut tampak gagah walaupun airnya sedikit keruh. Sekelliling Curug adalah bukit, lembah dan tebing batu yang menyelaraskan keindahan alam sekitar.

Curug Malela dari dekat


Menurut warga sekitar, Curug Malela konon pernah dijadikan sebagai tempat mengasah/memperdalam ilmu Taji Malela (seorang raja dari salah satu kerajaan di tanah Sunda), bisa jadi malela di ambil dari nama Taji Malela, Wallohualam.  Di atas sekitar tebing menurut warga teredapat sebuah makam yang konon adalah makam dari Taji Malela Selain curug Malela, di ujung tebing dapat disaksikan sebuah curug kecil yang bernama Curug Katumiri yang airnya jatuh menempel pada dinding tebing.

Berpose dulu, dari kiri ke kanan :Neti, Astri, Putri, Oejang Endey, Gustav, Ruri, Ajay dan Lucky (Foto : Opik)


Tubuh yang penuh peluh dan raut muka kelelahan tersirat di antara kami tapi semua itu terobati dengan keindahan sore di antara bukit, lembah, langit yang cerah dan tentunya Curug Malela yang menawan. Alangkah indahnya ciptaan Tuhan dimuka bumi ini, tetap lesatri alamku. Wassalam


Foto : opik, oejang endey dan lucky

Baca pula Catatan Perjalanan Ke Curug Malela #2 : Catatan perjalanan ke Curug malela #2
Terimakasih

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar