Jumat, 11 Februari 2011

Hiking Ke Gunung Burangrang

Bandung, 8 Januari 2011

Setelah lama tak menyapa sang alam dan menghirup udara segar nan bersih khas pegunungan, sabtu pagi yang cerah ceria saya bersama teman-teman berkesempatan tak hanya menghirup udara segar tapi juga menikmati keindahan ciptaan sang khaliq dan mencoba untuk menikmati setiap jengkal perjalanannya.

Perjalanan atau lebih tepatnya petualangan kali ini adalah menuju gunung Burangrang yang mempunyai puncak dengan ketinggian sekitar 2050 Mdpl (meter diatas permukaan laut). Pendakian dimulai sekitar pukul 10 pagi.


Gunung Burangrang dari kejauhan




Singkat cerita. Kami pun masuk melalui gerbang KOMANDO dan Setelah melewati pemukiman warga, kami ber-8 sampai di pos kopassus dan di sana sudah menunggu teman bernama Gustav (jadi 9 orang). Sebelum pendakian kami harus mengisi daftar isian yang telah disediakan dan menyerahkan kartu identitas salah satu dari kami, setelah itu kami sedikit di "interogasi" kecil-kecilan oleh pak Wardani (salah satu anggota Kopassus). Setelah itu kami di "apel" pagi sejenak sembari diberi pengarahan dan wejangan. Tapi baguslah wejangannya sampai-sampai inget terus tuh kata-katanya yang kurang lebih "kita tuh harus tau apa dan sasaran kita" (maklumlah militer).

Di depan Gerbang pos Kopassus
Ini dia Pak wardani (foto by : Yanstri)


Akhirnya perjalanan pun dimulai, pertama sih jalannya masih datar dan kami pun disambut oleh pohon pohon pinus tua yang berjejer indah. Perjalanan pun terus berlanjut medan yang dilalui semakin rimbun dan menanjak dan area pohon pinus terlewati berganti dengan pohon keras khas pegunungan. Di tengah perjalanan kami sempat bertemu dengan seorang warga yang sedang menangkap burung (saya lupa jenis burung apa) yang buat dijual lagi, kasian sih burungnya tapi ya kami ga bisa ngelarang si bapak itu buat ga nangkep burung cantik itu.

Burung yg ditangkap oleh warga (foto by : Yanstri)


Perjalanan terus berlanjut dengan sesekali istirahat dan sesi foto-foto (itu wajib,,he). Dan kabut tebal, angin yang bertiup kencang dan hujan lokal yang turun akhirnya menemani perjalanan kami. Untuk mengantisipasi tersambarnya kami dari kilatan petir kami non aktifkan handpone.Sebenarnya bila cuaca sedang cerah ditengah perjalanan kami bisa menikmati keindahan situ lembang dari atas ketinggian tapi sayang kabut yang tebal menghalangi pemandangan tersebut. Medan pun semakin berat karena jalan yang tambah licin diguyur hujan serta jalan yang curam dan menanjak dengan disertai kabut yang tebal dan hembusan angin yang sangat besar (kata si ajay mah kecepatannya 100km/jam) dan kami pun beberapa kali harus menggunakan bantuan tali. Setelah perjuangan mendaki yang cukup melelahkan puncak Gunung Burangrang tinggal selangkah lagi. Kami pun harus melalui  jalan yang  menurut saya adalah klimaks dari trek sulit yang telah dilalui sebelumnya, di sisi kiri kanan adalah jurang serta kami harus memanjat dengan sudut kemiringan yang cukup ekstrim ditambah hujan yang belum berhenti, tapi itu semua seakan kami nikmati untuk menuju puncak, yeahh.

Jalan terjal menuju Puncak (foto by : Yanstri)



salah satu satu jalan yang harus dilalui

Alhamdulillah akhirnya kami pun sampai di puncak dengan selamat dan gembira (itu penting) serta raut muka yang capek tapi berseri-seri. Tak lama berselang, datang serombongan anak-anak dari kampus UPI yang sedang survey jalur, tapi mereka datang dari arah yang berbeda katanya sih mereka naik dari arah padalarang.

Berfoto bersama teman-teman UPI



Setelah kami mengisi perut, beristirahat dan ritual foto-foto, kami pun bergegas turun karena hari yang mulai sore (jam 2-an). Perjalanan turun masih menggunakan jalan yang sama dan harus kami lalui dengan sangat hati-hati karena bisi tiserele dan ti soledat. Hujan, angin dan kabut masih betah menemani perjalanan kami. Sore pun mulai menggelayut tapi perjalanan masih ukup jauh, rombongan dari UPI pun menyusul kami dan akhirnya kami dengan teman-teman baru itu akhirnya turun gunung bersama-sama.

Langit pun sudah gelap dan mentari sudah mulai kembali keperaduannya tapi kami masih dirimbunnya hutan, dan beruntung teman-teman dari UPI membawa senter yang cukup membantu. Perjalanan pun menjadi ramai memecah kesunyian hutan yang mulai gelap. Akhirya kami pun sampai di kaki gunung dan disambut city light yang begitu indah nampak di bawah seakan menyambut kedatangan kami. Setelah bebersih karena kaki, pakaian dan tubuh yang kotor di pos Kopassus serta sejenak beristirahat. Karena malam yang sudah semakin larut (sekitar jam 8) kamipun bergegas turun kembali menuju jalan besar untuk selanjutnya menuju terminal ledeng. Kaki yang sedikit cenat-cenut masih harus dipaksa berjalan menyusuri jalan berbatu dan menjadi saksi perjalanan yang menyenangkan.

Kami dan teman-teman dari UPI pun harus berpisah, kami memutuskan tuk mencarter mobil bak terbuka (kol buntung) hingga ke ledeng karena angkot menuju ledeng sudah agak jarang y di malam minggu itu. Kol buntung pun melaju membawa kami dengan hembusan angin malamnya mengiringi pikiran kami tentang perjalanan tadi menikmati keindahan ciptaan Tuhan.

Terima kasih  buat semua teman-teman (Yanstri,Gustav, Ajay, Teh Rina, Teh Santi, Teh Ratna, Teh Neti dan Ulen), Anggota kopassus dan Teman-teman baru dari UPI.


3 komentar:

  1. oh ieu nya pak wardani teh :D
    saya aya rencana ka burangrang minggu-minggu ayn, kira-kira ditagih karcis teu nya pik, bakal diijinan moal nya..

    BalasHapus
  2. iya kang yud..moal ditagih meren da bukan tempat wisata,..hehe

    BalasHapus
  3. tempat kuring ngusep.

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar