Selasa, 06 September 2011

Catatan perjalanan : Dago-Gunung Batu Lembang

BISMMILLAH HIRRAHMANIRRAHIM

Pagi itu sekitar pukul 8, saya bersama ke-9 teman lainnnya sudah berkumpul di sebrang terminal Dago Bandung. Tujuan perjalanan kami di hari minggu (4/9/2011) itu adalah Gunung Batu yang berada di daerah Lembang. Hari yang cerah menemani awal perjalanan kami, dari sebrang Terminal Dago kami berbelok ke arah kiri yaitu ke arah yang menuju Curug Dago.


Curug Dago
Kami memutuskan berkunjung sebentar ke  Curug Dago karena ternyata ada beberapa teman yang belum pernah berkunjung. Kondisinya tak ada yang berubah, selain wajah kusam Curug Dago seperti setahun yang lalu saya berkunjung. Infrastruktur pendukung terutama tangga serta akses untuk menunuju Curug yang rusak karena pembatas besi (untuk pegangan) yang raib entah kemana, hal itu tentunya cukup membahayakan bila di saat musim hujan karena jalan yang licin. Ditambah kondisi air Curug yang keruh berwarna coklat seperti warna minuman bajigur serta banyaknya sampah yang terbawa dari daerah di atasnya.Huufft.

Curug dago sendiri mempunyai jatuhan air setinggi kurang lebih 8 meter yang mengalir di aliran sungai Ci kapundung. Di sekitar curug terdapat 2 buah prasasti batu tulis yang di torehkan oleh 2 raja Thailand. Masing-masing raja tersebut adalah Raja Rama V yang berkunjung ke curug dago pada tahun 1902 dan di susul oleh cucunya yaitu Raja Rama VII pada tahun 1929.


Perjalanan pun berlanjut, kami berjalan menanjak di antara jalan komplek perumahan yang belum jadi, yaitu Citra Green dago. Cahaya serta terik sang mentari saat itu sangat melimpah yang mengakibatkan wajah imu-imut di antara teman-teman menjadi merah karena kepanasan dan kami pun menjadi sering beristirahat karena panas mentrang yang cukup membuat lelah. Setelah melewati jalan beraspal komplek perumahan, kami pun mulai memasuki perkampungan dan gugurusukan melewati kebun-kebun warga diantaranya tanaman kopi, sayuran pekcoy, cabe, brungkol dll.

pemandangan di atas bukit

Medan pun semakin menenanjak, naik bukit dan turun bukit harus kami lewati. Hingga akhirnya kami sampai di sebuah puncak bukit yang cukup tinggi, di atas sana kami dapt melihat pemandangan kota Bandung yang terhampar luas dilingkung gunung beratapkan langit biru nan indah. Di tengah perjalanan kami kembali beristirahat sembari merebahkan tubuh yang penuh peluh di sebuah tanah lapang. Di dekat tempat tersebut terdapat sebuah bangunan setengah lingkaran dengan atap yang bulat melengkung mirip dengan gaya arsitektur bangunan peneropongan Boscha.

rumah yang mirip peneropongan boscha yang terletak di atas bukit


Setelah cukup beristirahat perjalanan pun kembali berlanjut. Jalanan beraspal menanjak harus kami lalui kembali dan tentunya terik yang masih setia menemani perjalanan kami. Tak berapa lama, di kejauhan Gunung Batu pun terlihat samar-samar di antara ilalang. Dan akhirnya, alhamdulillah kami pun bisa sampai di tujuan kami, Gunung Batu. Gunung Batu sendiri berada di selatan kota kecamatan Lembang. Gunung Batu adalah sebuah bukit batuan beku berjenis andesitik yang memanjang. Sebenarnya bila melihat fisik "Gunung Batu" lebih tepat rasanya bila kita menamakan tempat tersebut Bukit batu.

Gunung batu

Di puncaknya kami dapat melihat hampir seluruh kawasan "Cekungan Bandung" yang di kelilingi gunung-gemunung serta daerah lembang di utara, subhanallah. Gunung-gunung yang berada di kawasan Bandung pun dapat kami lihat dengan cukup jelas diantaranya Gunung Tangkuban Parahu, Burangrang, Bukittunggul, Manglayang, Pergunungan Malabar serta gunung dan bukit-bukit lainnya. Semilir angin berhembus menemani kami di puncak Bukit Batu, terbayar sudah perjalanan yang membuat wajah imut-imut kami memerah seperti terpanggang. Di puncaknya pun selain ada Pemancar Stasion Pemantauan Gempa Bumi Penelitian Masalah Bencana Alam PUSLITBANG GEOLOGI, terdapat pula  2 buah makam (entah itu makam atau bukan) yang satu nisan bertulisakan "KERAMAT MBAH DJAMBRONG GUNUNG BATU" dan yang satu lagi sudah rusak.

mbah jambrong ..
Setelah puas menikmati keindahan alam ciptaan sang Khaliq di atas puncak Bukit batu, perjalanan pulang pun dimulai. Sebelum perjalanan berlanjut kami sejenak berleha-leha dan sholat di sebuah masjid yang terdapat di sebuah pondok pesantren kecil di daerah Gunung batu. Kami pun di sambut oleh seorang ibu yang baik hati menyuguhkan hidangan kepada kami, terima kasih ya bu (saya lupa ga nanyain namanya dan moto si ibunya).


Setelah menunaikan kewajiban kami pun pamitan kepada ibu yang baik hati itu dan dilanjutkan berjalan menuju pasar Lembang melalui Jalan Kayu ambon dan mampir sejenak untuk memebeli oleh-oleh berupa susu murni (sapi) di pasar daerah pasar lembang.

Ternyata cacing dalam perut kami telah protes dan meronta-ronta untuk diiisi. Cerita perjalanan di hari liburan terakhir lebaran itupun berakhir di sebuah rumah makan. Semoga kita dapat menghargai, menjaga ciptaan Alloh yang tak terkira luas nan indah dan semoga kita dapat belajar dari alam yang terkembang di sekelliling kita.

Tetap Lestari alamku

Terima kasih buat teman-teman semua.
Wassalam.



5 komentar:

  1. "KERAMAT MBAH DJAMBRONG GUNUNG BATU" serem jug ya tulisannya :D
    sesekali pengen nyoba kesini..

    BalasHapus
  2. Gunung batu lembangmenurut geologi sejarahnya merupakan patahan lembang

    BalasHapus
  3. saya yang dulu sering naik ke gunung itu baru tahu kalau itu makam Keramat Embah Jambrong, menurut satu artikel yang saya baca, beliau adalah Penasihat Spiritual Bupati Bandung jaman dulu...salam..

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar