Jumat, 07 September 2012

Ngaleut Menyusuri sisa-sisa jalur kereta api Soreang - Ciwidey

Karena akun para blogger di Multiply (Mp) bakal di gusur 1 Desember nanti 2012, jadi sebelum lenyap saya pindahin sedikit-sedikit tulisan dari akun Mp (opakopik.mulitply.com) ke blog ini. Wilujeung!

Bandung, Minggu 7 Maret 2010

Menyusuri sawah


Setelah sekian lama tak ngaleut akhirnya saya pun berkesempatan tuk ngaleut kembali. Kali ini Komunitas Aleut (Dulu Klab Aleut) akan menyusuri sisa-sisa jalur kereta api Soreang - Ciwidey sepanjang kurang lebih 12km. Semua pegiat Aleut yang akan ikut dalam perjalanan ini telah berkumpul di depan museum Sribaduga Bandung. Pegiat yang ikut berjumlah 17 orang. Dengan mencarter angkot menuju Soreang, kami ber-17 harus berdesak-desakkan di dalam angkot dan terpaksa 3 teman kami harus cingogo di depan pintu angkot.

Ngaleut pun Dimulai

Sekitar 1 jam perjalanan, kami pun sampai di start awal. Jalur pertama yang akan kami lalui adalah Jembatan Sadu yang berada di desa Cibeureum. Jembatan tersebut merupakan bekas perlintasan kereta api yang kondisinya masih kokoh dan kuat walaupun sudah karatan dan termakan usia. Jembatan tersebut kini beralih fungsi menjadi jembatan penghubung antar desa/kampung. Bantalan relnya pun di "modifikasi" oleh warga dengan menambah kayu dan anyaman bambu agar bisa dilewati pejalan kaki atau pun motor. Kami pun harus sedikit berhati-hati melintasinya karena di bawahnya mengalir sungai cibeureum yang berarus deras dan batu-batu yang besar.
Jembatan sadu

Setelah melewati jembatan tersebut, kami harus menyusuri rel yang timbul dan tenggelam diantara rumah warga, sawah, kebun dan jalan raya. Selain jembatan sadu, ada 7 jembatan lagi dengan berbagai kondisi. 


    Rel yang sudah tak terpakai
  3 Diantaranya, adalah:
 
  • Jembatan cisondari. Jembatan yang berada didesa cisondari tersebut kondisinya sudah terbengkalai dan tak dapat digunakan oleh warga karena letaknya yang berada di persawahan dan kebun warga.
  • Jembatan ranca goong. Jembatan yang berada di desa ranca goong tersebut kondisinya masih kokoh dan kuat, jembatan tersebut pun masih digunakan oleh para warga sebagai penghubung antar desa/kampung. Bantalan rel pun sudah dicor/disemen. Di bawah jembatan tersebut mengalir pula sebuah sungai yang didekat nya terdapat persawahan. Sungguh indah pemandangan diatas jembatan tersebut
Jembatan andir
  • Jembatan Andir. Jembatan yang berada di desa Andir tersebut berada di semak belukar dan jurang yang curam. Jembatan tersebut menjadi jembatan yang paling besar diantara jembatan yang lainnya. Walaupun kondisinya tak terawat, karatan dan termakan oleh usia tapi jembatan tersebut masih berdiri kokoh dan masih terlihat gagah.

Tak terasa matahari semakin tak bersahabat dengan kami. Panas yang sangat menyengat mengiringi langkah kami.banyak diantara para pegiat aleut yang membawa payung, dan sialnya saya lupa bawa payung, hehehe. Sesekali kami beristirahat di pinggir jalan atau pun warung sekedar meregangkan otot kaki atau pun mengisi perut. Saat beristirahat di sebuah warung, ada sekelompok bule yang sepertinya hendak mengunjungi atau pun memotret jembatan Ranca Goong.

Wajah yang sudah sedikit hitam tapi manis ini seakan bertambah hitam terbakar teriknya matahari, tapi tak menyurutkan semangat saya dan para pegiat aleut lainnya tuk menyusuri sisa sisa jalur kereta api yang sudah tak terpakai ini. Kami pun terus menyusuri sisa sisa jalur rel kereta api, masuk dari satu kampung ke kampung lainnya, pemandangan di sepanjang perjalanan cukup indah dengan latar belakang pegunungan yang mengelilingi kawasan ciwidey.

Kami pun memasuki pemukiman warga di daerah cimuncang, ciwidey yang sedikit padat dan harus masuk ke gang-gang sempit mengikuti rel yang timbul tenggelam diantara rumah warga. Rel yang kami susuri pun mentok di permukiman warga, dengan logika tersebut berarti stasiunnya pun berada di sekitar sana. Setelah bertanya pada warga sekitar, ternyata benar stasiun yang dimaksud sudah dekat. Kami pun menemukan sebuah alat yang berukuran besar yang berfungsi sebagai pemutar lokomotif, walau kondisinya masih baik tapi sayang di atas alat tersebut digunakan sebagai tempat jemuran dan WC. 
Bangunan Gudang dekat bekas stasiun cimuncang?

Setelah mengikuti petunjuk warga akhirnya kami pun menemukan stasiun yang dimaksud,yaitu stasiun Cimuncang dan bangunan gudang di dekatnya. Kondisi bangunan bangunan tersebut tak terawat "nyengcle" diantara pemukiman warga dan di gembok/segel oleh PT.Kereta Api (PERSERO). Dan itu menjadi finish perjalanan menyusuri sisa sisa jalur kereta api soreang-ciwidey.
Setelah berisirahat dis ekitar stasiun yang tak terpakai, perjalanan pulang pun dimulai. Kami pun  berjalan menuju terminal ciwidey. Di tengah perjalanan kami disuguhi rujak oleh warga yang sedang syukuran kehamilan 7 bulanan (rejeki mah ga akan kemana,,hehehe). Sebelum pulang, kami mengisi perut di sebuah rumah makan di pinggir jalan ciwidey yang cukup ramai. Kami pun sharing dan sedikit bercerita tentang kesan dan pesan mengenai perjalanan tadi.


Hari pun semakin sore dan tak terasa rintik hujan pun mengiringi perjalanan pulang.kami mencarter angkot dari terminal Ciwidey menuju Tegallega Bandung.Walau harus rela berjalan belasan kilometer menyusuri "secuil" sejarah perkereta apian di sekitar Bandung tapi terbayarkan dengan pengalaman sepanjang perjalanan,pemandangan yang indah dan informasi sekitar sejarah jalur kereta yang belum kami ketahui.


Dengan belajar sejarah masa lalu (seperti Komunitas Aleut) kita bisa belajar tuk membangun masa kini. Walaupun peninggalan-peninggalan tersebut dibangun oleh kolonial Belanda, tapi setidaknya kita bisa belajar cara membangun sebuah bangunan yang kuat dan kokoh dan bisa bertahan hingga ratusan tahun, bangsa lain bisa..kenapa bangsa kita tidak.!! 


Bukankah Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya.


View saat perjalanan

*** 

Sumber keterangan : Komunitas Aleut dan Bang Ridwan

Foto : Ujang endey



Terima kasih

-opik-

6 komentar:

  1. ternyata soreang itu menyimpan banyak kenangan dan sejarah,nya

    BalasHapus
  2. ternyata soreang itu menyimpan banyak kenangan dan sejarah,nya

    BalasHapus
  3. waaaah mau ke sanaa... apalagi ada bekas remah-remah tata (panggilan sayang untuk kereta)
    keeereeen!

    BalasHapus
  4. Klub aleutna aya keneh kitu?

    BalasHapus
  5. Klub aleutna aya keneh kitu?

    BalasHapus
  6. hoyong ngiringan ngaleut deui nyusur rel

    BalasHapus

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar