Sabtu, 09 Juni 2012

Catatan Perjalanan ke Gombong selatan, Kebumen

"Perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan, tapi terbayar dengan pengalaman yang menyenangkan serta suguhan alam yang menarik".


Di stasiun Kiaracondong
Rencana berkunjung ke kawasan karst gombong selatan, kabupaten Kebumen tgl 2-3 Juni 2012 sudah matang dan hari keberangkatan pun tiba.


Teman-teman yang fix ikut perjalanan ini berjumlah 6 orang, kegiatan utama kami di sana adalah penelusuran gua atau biasa disebut dengan istilah Caving, di Gua Petruk dan Gua Liah. Dan ini untuk pertama kalinya pula  saya mencoba petualangan penelusuran gua.




Jum'at, 1 Juni 2012
Pukul 21:30. Kereta api ekonomi Kutojaya Selatan yang akan kami tumpangi sudah terparkir di Stasiun Kiaracondong (Kircon), Bandung yang sudah mulai ramai. Kami ber-7 pun sudah bergegas masuk ke dalam gerbong yang ternyata sudah penuh sesak oleh para penumpang lainnya serta para pedagang asongan yang hilir mudik mencari calon pembeli. Sekitar 20 menit kami menunggu, kereta pun berangsur bergerak meninggalkan Stasiun Kircon.  Dan perjalanan menuju Stasiun Gombong pun dimulai.

Suasana riuh rendah nampak di gerbong yang kami tumpangi. Tujuan kami adalah turun di Stasiun Gombong, Kebumen, sedang pemberhentian terakhir kereta ini adalah di Stasiun Kutoarjo. Selang beberapa jam, ternyata eh ternyata kereta yang kami tumpangi mogok di Stasiun Cicalengka, menurut petugas, lokomotifnya rusak dan butuh waktu yang lama untuk membetulkannya. Beuh, kami harus bersabar menunggu sampai kereta kembali berjalan. Sekitar 1,5 jam berlalu, lokomotifnya diganti dengan lokomotif pengganti  dari Stasiun Bandung dan kereta ekonomi  Kutojaya Selatan pun kembali melaju dalam gelap malam yang dingin. Untuk menuju stasiun Gombong dari kircon, butuh waktu rata-rata sekitar 7-8 jam perjalanan dalam kereta.


Sabtu, 2 Juni 2012
Pukul 05:30. Kereta pun akhirnya sampai di Stasiun Gombong. Seharusnya bila sesuai jadwal dan kereta tidak mogok, kami sudah tiba sekitar jam 4 subuh. Tapi tak apalah yang penting kami selamat sampai tujuan. Sesudah sholat subuh yang kesiangan, Mas Yos ternyata sudah menunggu kami di Stasiun Gombong sejak subuh tadi. Mas Yos adalah teman yang akan menjadi pemandu Caving dan yang akan menemani kami selama di Gombong nanti.

Pukul 06:45. Kami pun beranjak meninggalkan stasiun Gombong dan menuju rumah Mas Yos yang berada dekat dengan objek penelusuran gua kami, yaitu Gua Petruk. Dari Stasiun Gombong, kami menumpang sebuah bus kecil yang bentuknya seperti elf (setengah bus, setengah elf) menuju start awal penelusuran gua.



Gua Petruk
Pukul 08:50. Setelah sejenak beristirahat dan sarapan serta semua persiapan dan perlengkapan sudah beres dikemas dan dikenakan, petualangan menyusuri kegelapan abadi pun dimulai. Selain Mas Yos, ikut pula seorang teman Mas yos yang bernama Mas ady, seorang tentara yang punya hobi caving pula. Gua pertama yang akan kami susuri adalah Gua Petruk. Gua petruk adalah Gua horizontal (datar) yang bisa terbagi menjadi 2 wisata, wisata keluarga biasa dan wisata minat khusus (caving/penelusuran gua).

salah satu ornamen yang unik di gua petruk

Di dalam gua terdapat banyak sekali ornamen khas gua seperti stalagmit, stalaktit, flowstone yang telah mempunyai nama-nama tersendiri, diantaranya : Batu Payudara, Batu Buaya, Batu harimau, Sendang Maria, Batu lumbung dan batu yang menyerupai hidung petruk yang panjang dll. Bisa jadi nama petruk diambil dari bentuk batu tersebut yang mirip petruk, tapi sayang sekarang hidung panjangnya sudah tak terlihat karena rusak oleh penambangan fosfat. Petualangan di dalam Petruk memakan waktu sekitar 2 jam, dengan berbagai jalur yang harus kami lewati dari merangkak, menanjak, meloncat hingga melewati sungai bawah tanah. Sampai akhirnya kami pun sampai di ujung mulut Gua Grombongan.


Mulut Gua Petruk

Menelusuri lubang/lorong kecil

Gua Liah
Pukul 11:00. Sejenak kami beristirahat di mulut Gua Grombongan yang terhalang oleh rerimbunan semak dan pohon. Perjalanan kembali berlanjut dengan berjalan kaki di antara jalan setapak dan semak belukar serta kebun-kebun dan pemukiman warga. Kami beruntung saat kami beristirahat, Mas ady diberi sebotol air sadapan kelapa yang diberi oleh warga. Rasanya sangat manis dan bermanfaat sebagai penambah kalori yang terkuras. Sekitar 1,5 jam trekking, kami pun sampai di mulut gua yang akan kami susur selanjutnya, yaitu Gua Liah 2 (dua). Mulut guanya sangat kecil dibanding mulut Gua Petruk dan tertutupi rerimbunan ilalang sehingga dari kejauhan tak terlihat bahwa di sana ada sebuah gua. Tak seperti Gua Petruk, Gua Liah bukan objek wisata yang terkenal dan tak direkomendasikan untuk wisata biasa.

Mulut Gua Liah (2)


Pukul 13:00. Petualangan di Gua Liah pun dimulai, gua ini sepertinya pernah di tambang (fosfat) karena di dalamnya terdapat banyak sisa-sisa galian-galian tanah. Ornamen-ornamen yang tersaji tak kalah indah dan unik di banding Gua Petruk. Di tengah perjalanan, kami sudah harus merangkak melewati sebuah lubang yang sangat sempit, seperti seekor tikus kami pun melewati lubang-lubang tanah tersebut. Tak sampai disitu kami pun harus merangkak di aliran sungai bawah tanah. Adrenalin kami cukup dipacu di Gua Liah. Sungai bawah tanah yang terbentuk banyak membentuk jeram dan air terjun kecil yang airnya cukup jernih. Jalur demi jalur kami lewatu, sampailah kami di sebuah ruangan yang sangat besar, bila diibaratkan seperti sebuah ruangan Hall, atap dan ruangan yang sangat luas, dengan luas sekitar 100 meter persegi.


Di dalam Gua Liah pun terdapat beberapa air terjun (Curug) yang indah mengalir dalam gelap. Kami pun di ajak Mas Yos untuk mengunjungi salah satu Curug tersebut yang mana medannya sangat sulit kami lalui, yaitu harus memanjat sebuah air terjun kecil dengan bantuan webbing, wow.

Pukul 16:00. Akhirnya petualangan dalam kegelapan berakhir dan alhamdulillah lancar jaya. Kami keluar di mulut Gua Liah 1 (satu) yang berada di atas sebuah bukit karst di kawasan Gombong selatan yang indah. Setelah berlelah-lelah ria di dalam Gua, kami pun menyegarkan diri sembari bersih-bersih di aliran sungai yang bersih, waah, seger banget deh.


Salah satu jalur di gua liah

****

Pukul 21:00. Setelah beristirahat dan mengisi perut, kembali kami begegas menuju kaki tebing untuk bermalam di dekat rumah Mas Yos. Rencana sebelumnya untuk bermalam di pantai tidak jadi karena harus meminta ijin terlebih dulu ke TNI AL, jadi alternatifnya adalah bermalam dan kemping di kaki tebing yang biasa di pakai sebagai latihan pemanjatan (rock climbing). Gelap malam semakin larut, setalah makan malam ditemani bulan yang menggelayut indah dan  tanpa sadar kami semua terlelap dalam buaian mimpi malam yang indah.



Minggu, 3 Juni 2012
Pukul 06:30. Kami semua mulai terbangun dari tidur yang cukup lelap, mungkin karena capek. Pagi yang segar dan sejuk karena kami berada di atas ketinggian, sekaligus bisa melihat sekeliling gombong yang cukup hijau. Kami memutuskan memasak liwet instan yang kami bawa serta nugget yang menjadi menu sarapan kami di pagi itu. Setelah sarapan, kami mencoba bermain di salah satu jalur pemanjatan di tebing tegak lurus yaitu jalur sarden. Jalur sarden menurut Mas Yos, dinamai seperti itu karena saat selama 3 hari membuka jalur pemanjatan tersebut menu makanan saat beristirahatnya tak jauh dari sarden.



Pukul 08:30. Setelah berkemas-kemas, objek selanjutnya yang akan kami kunjungi adalah Pantai Logending atau bisa di sebut pula dengan Pantai Ayah. Dari rumah Mas Yos, kami berjalan kaki kurang lebih sekitar 2 km untuk menuju Pantai. Sepanjang perjalanan kami disuguhi pemandangan alam yang indah berupa barisan bukit karst yang memanjang indah dan hijau. Saya jadi membayangkan kawasan karst Citatah yang ada di Padalarang, kalo aja hijau dan ga banyak ditambang, pasti keren kaya di gombong. 

****



Karst Gombong selatan
Kawasan karst Gombong ini terkenal dengan bentukan “cockpit karst”"  yang mempunyai gua-gua yang panjang seperti Gua Barat, Gua Jatijajar, Gua Liah, Gua Petruk dan Gua lainnya. Kawasan ini termasuk daerah dataran rendah yang memiliki gugusan pegunungan gamping membujur dari Utara, Desa Sikayu, sampai ke Selatan melintasi dua desa, yaitu Adisana dan Adiwena, sepanjang 3 Km. Selain itu, kawasan karst Gombong Selatan memiliki karakteristik bentang alam yang khas, seperti terlihat dari bentuk puncak perbukitan yang kerucut. [Dikutip dari: http://cavefauna.wordpress.com/karst-areas-of-indonesia/gombong-selatan/ ]

Di latar nampak bagian karst gombong selatan


Kawasan karst Gombong selatan termasuk dalam rangkaian Pegunungan Serayu Selatan dengan kondisi geologi menarik. Pada kawasan ini didapatkan potensi sumberdaya mineral berupa batugamping, kalsit, andesit, fosfat, mangan, tras, bentonit serta cebakan emas. Keterdapatan potensi sumber daya mineral menjadikan kawasan ini menarik banyak pihak untuk melakukan eksploitasi. Potensi batugamping, mangaan dan fosfat banyak diburu inverstor. Berdasarkan Kepmen ESDM No. 961.K/40/MEM/2003 kawasan ini telah ditetapkan sebagai Kawasan Lindung karena mempunyai fenomena alam yang unik dan langka serta mempunyai nilai penting bagi kehidupan dan ekosistim. Pada kawasan ini telah dibuat tata ruang kawasan yang mencakup 3 zone berupa kawasan karst Kelas I, II dan III. Karst kelas I mencakup sekitar 75 persen luas. [Dikutip dari: http://opac.geotek.lipi.go.id/index.php?p=show_detail&id=2106 ]


Selain itu sebaran batu gamping yang membentuk bukit-bukit kerucut yang khas dengan lembah-lembahnya yang jika dilihat dari udara seperti sarang ayam (sehingga kemudian dinamakan cockpit) seluas kira-kira 70 km persegi, memberikan fenomena alam yang langka. Fenomena bentang alam yang luar biasa ini akan semakin luar biasa jika kita mendekati dan menjelajahinya. Maka pada kawasan yang relatif sempit tersebut, kita akan mendapati sekira 125 buah gua besar – kecil. Beberapa gua mempunyai lorong yang panjang dan berliku-liku, bertingkat-tingkat, bahkan sebuah gua yang dinamakan Gua Macan mempunyai sebuah ruang jauh di bawah tanah yang seukuran lapangan sepak bola! [Dikutip dari: http://blog.fitb.itb.ac.id/BBrahmantyo/?p=35 ]






Batu Kalbut 
batu kalbut, ukuran yang lebih kecil
Pukul 10:00. Di tengah perjalanan sebelum sampai di Pantai Logending, kami sempatkan diri mengunjungi situs Batu Kalbut, situs ini berada persis di pinggir jalan sebelum pos gerbang masuk Pantai. Bangunan yang menaungi situs ini terbagi menjadi 2 bagian, kiri dan kanan, sayang 2 bagian ruangan tersebut tak terlihat karena kacanya sepertinya jarang dibersihkan jadi benda apa yang ada di dalamnya tak terlihat jelas, tapi saya perkirakan seperti batu makam atau batu yang tingginya sekitar 75 cm-1 meter.  Sedangkan di bagian luar belakang terdapat 2 buah batu, yang menurut Mas Yos adalah batu tempat mandi (bathtub). Satu batu berukuran kecil, sepertinya untuk memandikan bayi dan satu lagi batu berpahat yang cukup besar mungkin untuk mandi  orang dewasa yang bagian depannya terdapat seperti ukiran burung. Sepertinya batu bekas peninggalan jaman kerajaan dulu.

Batu yang berukuran lebih besar, bagian depannya terdapat seperti sebuah ukiran burung

Kalo saja ada penjelasan lebih lanjut tentang situs tersebut, pasti cukup menarik. Saya mencoba membayangkan saat jaman kerajaan dulu, sambil mandi sambil melihat pemandangan Pantai Logending dan barisan Bukit Gombong, waah indahnya..hehe.


Pantai Ayah / Pantai Logending
Pukul 10:15. Akhirnya kami pun sampai di Pantai Logending, atau biasa di sebut juga Pantai Ayah. Entahlah mana nama yang benar. Mungkin karena Pantai ini berada di kecamatan Ayah jadi di sebut Pantai Ayah, lalu Pantai ini pun berada dekat dengan kawasan Hutan Logending, jadi orang pun biasa menyebut Pantai Logending. Lalu untuk penamaan "Ayah" dan "Logending" ? sampai sekarang pun saya masih kurang tahu. 


Pantai Logending (Ayah)

Pantai ini memiliki garis pantai sekitar 1 km-an, dan pasirnya berwarna kecoklatan. Pantai ini menurut pandangan saya bisa terbagi menjadi 3 kawasan, kawasan wisata, pelelangan ikan dan dermaga nelayan. Untuk kawasan wisata pantainya menurut saya cukup bersih dari sampah serta jajanannya pun cukup terjangkau, segelas cendol atau cingcau dibanderol dengan harga Rp.2000, lumayan kalo di Bandung segelas bisa Rp.4000, hehe. Kami pun memuaskan dan memanjakan diri bermain di pantai, karena kami hanya sejenak di pantai tersebut untuk selanjutnya pulang ke Bandung.




Stasiun Gombong
Pukul 12:00. Setelah puas menikmati keindahan Pantai Ayah, kami bergegas menuju ke Stasiun Gombong untuk selanjutnya pulang ke Bandung dengan menumpang kereta ekonomi Pasundan. Sesampainya di Stasiun Gombong, ternyata eh ternyata lagi, kereta yang akan kami tumpangi kembali molor hingga beberapa jam lamanya. Setelah menunggu cukup lama, sekitar Jam 5 sore kereta pun datang mengantar kami kembali ke kota tercinta Bandung. Perjalanan menyusuri sedikit perut bumi pun usai. Dan, sampai jumpa di perjalanan selanjutnya.

***









 Baca juga :  

=Terima kasih=

-opik-


1 komentar:

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar