Minggu, 15 Mei 2011

Ilmuwan Muslim Peletak Dasar Pesawat Terbang

Biar kurakit pesawatku
Rentangkan pelan dua sayapnya
Nyalakan sumbunya hingga terpercik api menari
Lepaskan pengaitnya relakan pergi ke arah bulan

Tak perlu kau rindu menyinggungnya
Perlahan lupakan kepergiannya
Tunggulah kerling lampunya disaat bulan purnama tiba
Pertanda dia telah bertemu dengan peri kecilnya di bulan

Reff:
Pesawatku terbang ke bulan
Pesawatku terbang ke bulan
......................

Masih ingat sepenggal lirik lagu lawas yang dinyanyikan Memes di atas.Nah,saya ingin sedikit membahas mengenai seorang tokoh muslim yang berjasa dalam konsep dasar pesawat terbang atau kedirgantaraan.

Tokoh kedirgantaraan atau penerbangan yang paling dikenal kebanyakan berasal dari barat. Yang paling familiar di telinga kita mungkin adalah Wright bersaudara. Seingat saya dulu pernah pula ada sebuah film yang bercerita mengenai wright bersaudara yang berusaha membuat sebuah pesawat terbang sederhana. Selain Wright bersaudara adapula tokoh barat lainnya seperti Sir George Cayley,Otto Lilienthol dan Santos-Dumont. Di Indonesia kita mengenal pula BJ.Habibie sebagai tokoh dirgantara nasional.

Saya ga akan membahas tokoh-tokoh yang disebutkan diatas. Mungkin kita tidak banyak yang tahu bahwa peletak dasar pesawat terbang adalah seorang ilmuwan muslim yang hidup di abad ke-9.



Nah,ilmuwan tersebut bernama Abbas Qasim Ibnu Firnas seorang ilmuwan muslim asal Andalusia (dulu Spanyol). Dialah orang pertama dalam sejarah dunia yang melakukan pendekatan sains (ilmu pengetahuan) dalam proses benda terbang. Bisa dikatakan pula bahwa manusia pertama yang terbang dengan percobaan benda terbang adalah Ibnu Firnas,bahkan sebelum wright bersaudara berhasil terbang (1000 tahun kemudian setelah ibnu firnas)

Abbas Qasim Ibnu Firnas dilahirkan pada tahun 810 Masehi di Izn-Rand Onda, Al-Andalus (kini Ronda, Spanyol) .Dii Barat dia dikenal dengan nama Armen Firman. Dia dikenal ahli dalam berbagai disiplin ilmu, selain seorang ahli kimia, ia juga seorang humanis, penemu, musisi, ahli ilmu alam, penulis puisi, dan seorang penggiat teknologi. Pria keturunan Maroko ini hidup pada saat pemerintahan Khalifah Umayyah di Andalusia (Spanyol).

Tahun 852, di bawah pemerintahan Khalifah Abdul Rahman II, Ibnu Firnas memutuskan untuk melakukan ujicoba ‘terbang’ dari menara Masjid Mezquita di Cordoba dengan menggunakan semacam sayap dari jubah yang disangga kayu. Sayap buatan itu ternyata membuatnya melayang sebentar di udara dan memperlambat jatuhnya, ia pun berhasil mendarat walau dengan cedera ringan. Alat yang digunakan Ibnu Firnas inilah yang kemudian dikenal sebagai parasut pertama di dunia.

tugu Ibnu Firnas

Keberhasilannya itu tak lantas membuatnya berpuas diri. Dia kembali melakukan serangkaian penelitian dan pengembangan konsep serta teori yang ia adopsi dari gejala-gejala alam yang kerap diperhatikannya.

Pada tahun 875 (23 tahun setelah uji coba yang dulu), saat usianya menginjak 65 tahun, Ibnu Firnas merancang dan membuat sebuah mesin terbang yang mampu membawa manusia. Setelah versi finalnya berhasil dibuat, ia sengaja mengundang orang-orang Cordoba untuk turut menyaksikan penerbangan bersejarahnya di Jabal Al-‘Arus (Mount of the Bride) di kawasan Rusafa, dekat Cordoba.

Ternyata penerbangan yang di saksikan oleh masyarakat luas tersebut terbilang sukses. Walaupun terbilang sukses Ibnu Firnas mengalami sebuah kecelakaan yang mengakibatkan cedera punggung yang sangat parah. Kecelekaan tersebut dikarenakan cara mendarat yang kurang baik dan menghempaskan dirinya ke tanah bersama pesawat sederhanya itu.
Kecelakaan itu terjadi karena Ibnu Firnas lalai memperhatikan bagaimana burung menggunakan ekor mereka untuk mendarat. Dia pun lupa untuk menambahkan ekor pada model pesawat layang buatannya. Kelalaiannya inilah yang mengakibatkan dia gagal mendaratkan pesawat ciptaannya dengan sempurna.


Sakit akibat cedera punggung yang tak kunjung sembuh tak mematahkan semangatnya tuk terus meneliti. Dan hal itu mengantarkan Ibnu Firnas pada proyek-proyek penelitian di laboratorium. Seperti biasanya, ia meneliti gejala-gejala alam di antaranya mempelajari mekanisme terjadinya halilintar dan kilat, menentukan tabel-tabel astronomis, dan merancang jam air yang disebut Al-Maqata. Ibnu Firnas pun berhasil mengembangkan formula untuk membuat gelas dari pasir. Juga mengembangkan peraga rantai cincin yang digunakan untuk memperlihatkan pergerakan planet-planet dan bintang-bintang.

Yang tak kalah menariknya, Firnas berhasil mengembangkan proses pemotongan batu kristal, yang pada saat itu hanya orang-orang Mesir yang mampu melakukannya. Berkat penemuannya ini, Spanyol saat itu tidak perlu lagi mengekspor quartz ke Mesir, tapi bisa diselesaikan sendiri di dalam negeri.

Akhir hidup Abbas Ibnu Firnas pun berakhir pada usia 78 tahun (tahun888 M),yang dalam keadaan berjuang menyembuhkan cedera punggung yang diderita akibat kegagalan melakukan ujicoba pesawat layang buatannya.

Walaupun percobaan terbang menggunakan sepasang sayap dari bulu dan rangka kayu tidak berhasil dengan sempurna, namun gagasan inovatif Ibnu Firnas kemudian dipelajari Roger Bacon 500 tahun setelah Firnas meletakkan teori-teori dasar pesawat terbangnya. Kemudian sekitar 200 tahun setelah Bacon (700 tahun pascaujicoba Ibnu Firnas), barulah konsep dan teori pesawat terbang dikembangkan.

Tidak banyak orang yang mengetahui bahwa gegap gempitanya industri pesawat terbang modern seperti saat ini, tidak lepas dari perjuangan seorang Ibnu Firnas yang rela babak belur untuk sekadar melayang sebentar layaknya burung terbang.

Sosok Abbas Ibnu Firnas, kini hanya bisa kita temui tercetak di atas sebuah prangko buatan Libia, menjelma pada sosok patung dan nama lapangan terbang di Baghdad, dan abadi di salah satu kawah permukaan Bulan.

Sumber :
Suhaya,Dede.Peletak Dasar konsep Pesawat Terbang:Pikiran Rakyat edisi 1 November 2007 hal 28.

Sumber foto :
 Google search


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar