Sabtu, 30 April 2011

Bandung Kota Death Metal

Ragam keunikan atau keunggulan menyebabkan banyak julukan yang disematkan untuk Bandung. Selain Kota Kembang, Kota Pendidikan, Kota Kreatif, Kota Wisata dan beberapa sebutan lain, satu lagi yang bisa ditambahkan yakni Bandung sebagai Kota Death Metal.

Death metal memang masih berada di luar lingkaran musik mainstreem. Tidak ada satu pun negara di dunia ini yang industri musiknya didominasi death metal.

Namun dalam wacana bukan mayoritas, perkembangan musik yang muncul dari komunitas bawah tanah ini di Bandung punya catatan khusus. Cerita yang paling baru bisa dilihat dalam festival musik Bandung Deathfest 4 yang digelar pada Sabtu (17/10/2009).

Festival ini pertama kali digelar pada tahun 2006, dan kemudian rutin setiap tahun. Jumlah pengunjung di tiap penyelenggaraannya mencapai 10 ribu orang, dan inilah hajatan terbesar para metal head di Indonesia bahkan di Asia.


Sangat menarik jika dirunut bagaimana scene death metal konsisten berkembang di Kota Bandung. Saat ini ada 200 lebih band, dan jamak digeluti anak muda mulai dari pelajar sekolah menengah pertama. Sulit menemukan satu kota dengan jumlah band death metal sebanyak di Bandung.

Bandung Deathfest 4 juga dijadikan sebagai salah satu rangkaian promosi album kompilasi yang diluncurkan Septermber 2009. Ini juga baru pertama kalinya di dunia, ada 32 band dari satu kota menelurkan album kompilasi death metal.

Salah satu kunci perkembangan death metal di tanah Sunda ini adalah regenerasi. 12 band yang unjuk gigi di Bandung Deathfest 4, 8 di antaranya merupakan band muda termasuk Demons Damn dengan vokalisnya Uzie mewakili kaum hawa. Bisa dilihat juga dari besarnya persentase wanita dan remaja di antara para pengunjung Bandung Deathfest 4.

Dari sisi prestasi, band-band dari Bandung mendapatkan pengakuan yang sangat banyak. Salah satunya dari Thailand yang akan menggelar Bangkok Deathfest pada November mendatang, dan mengundang satu band death metal tertua di Bandung, Jasad.

Namun demikian, harus diakui bahwa anggapan musik metal sebagai hal negatif masih menjadi pendapat umum. Tetapi hal ini justru membuat komunitas death metal di Bandung menjadi istimewa, dilihat dari bagaimana komunitas death metal Bandung berupaya ekstra melawan paradigma tersebut. Tujuannya satu, untuk meraih tempat dan perlakuan sama seperti komunitas anak muda pada umumnya.

Sejak Bandung Deathfest 3 pada 2008, komunitas death metal di Bandung seperti Bandung Death Metal Sindikat juga Ujungberung Rebels, sudah mencoba kolaborasi dengan pemerintah juga instansi seperti kepolisian dan militer. Penyelenggaraannya digelar di markas Yon Zipur 9 Ujung Berung, dengan melibatkan aparat kepolisian yang ikut masuk sampai ke lokasi penyelenggaraan.

Lewat Bandung Creative City Forum (BCC), komunitas kreatif lain di Bandung pun turut mendukung. Ini ditunjukkan dengan masuknya Deathfest sebagai bagian dari rangkaian festival terbesar di Bandung, Helar Festival (Helarfest). Di penyelenggaraan yang kedua tahun 2009 ini, Deathfest 4 menjadi salah satu acara pembuka oleh Sekda Kota Bandung Edi Siswadi.

“Masa depan Bandung ada di tangan generasi muda. Semoga dengan saya menendang bola ini nanti, mencerminkan bagaimana kreativitas anak muda Bandung yang tidak pernah berhenti. Teruslah berkarya,” ujar Edi Siswadi sesaat sebelum menendang bola raksasa sebagai pertanda dibukanya Helarfest 2009 sekaligus Deathfest 4.

Apresiasi banyak pihak ini diraih melalui rangkaian pergerakan yang didesain komunitas death metal Bandung sejak bertahun-tahun lamanya. Sambil terus berkarya, individu-individu dari berbagai profesi seperti penulis, musisi, pengusaha, desainer, bahkan akademisi meluangkan waktu untuk memberikan sebagian dari apa yang mereka miliki untuk komunitas.

Dukungan dari berbagai pihak membuktikan bahwa komunitas ini bukanlah kelompok bawah tanah yang menutup komunikasi dengan pihak lain. Anggapan negatif yang dikalungkan sejak lama pada komunitas death metal pun terus dikikis. Amannya perhelatan Bandung Deathfest 4 sejak acara pembukaan pukul 12.30 WIB hingga berakhir pukul 21.50 WIB, setidaknya ini membuktikan efektivitas kolaborasi semua pihak yang berkepentingan.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana kolaborasi yang sudah mulai terbentuk ini bisa berdampak lebih nyata bagi perkembangan kota, khususnya orang-orang dalam komunitas death metal. Sejarah menunjukkan, industri clothing di Bandung lahir dari komunitas anak muda kreatif yang memproduksi dan membentuk jaringan distribusi clothing untuk mendukung aktivitas mereka. Selain itu, puluhan ribu anak muda yang terlibat dalam satu komunitas musik death metal adalah sesatu yang seharusnya dilihat sebagai potensi. Bisa dibayangkan bagaimana dampaknya jika ada kebijakan yang mampu memanajemen komunitas ini bersama komunitas anak muda lainnya yang jumlahnya mungkin ratusan di Bandung.

Hal positif lain yang mendukung kampanye putih death metal di Bandung adalah perhatian terhadap budaya tradisional dan lingkungan. Ada pertunjukan musik Sunda seperti karinding juga atraksi debus. Penanaman 100 pohon di kawasan Yon Zipur 9 dan 200 pohon di Gunung Manglayang pun masuk agenda. Masih bisa ditambahkan juga rajahan dan penggunaan aksara sunda (huruf kagana) di tiap media promosi kegiatan.

Keterbukaan dan kolaborasi yang coba dibangun komunitas death metal, membangun opini bahwa Bandung yang sudah mendapat predikat sebagai Kota Paling Kreatif oleh republik ini memang memberi ruang bagi komunitas anak muda untuk tumbuh dan berkembang. Meski harus diakui masih butuh banyak usaha agar death metal benar-benar diakui sebagai salah satu komunitas yang mewakili Bandung.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar