Rabu, 09 November 2011

Puncak Tangkubanparahu Via Komando dan Sukawana




Pemandangan alam yang indah nan asri serta ditambah udara sejuk pegunungan, mungkin menjadi sebuah hal yang jarang kita rasakan sebagai warga kota. Hiruk-pikuk perkotaan, seperti kota Bandung mungkin membuat kita merasa jenuh dan penat. Salah satu cara me”refresh” pikiran dan diri dari rutinitas yang mungkin menjemukan yaitu dengan kegiatan di alam bebas atau bertualang (Baca: hiking). Nah, salah satu petualangan yang asyik untuk dijelajahi dan tak terlalu jauh dari kota Bandung adalah berpetualang menelusuri jalur menuju Puncak Gunung Tangkubanparahu. Dalam petualangan kali ini, jalur yang dilewati pun sedikit berbeda. Bila kita pernah hiking/trekking menuju Gn. Tangkubanparahu, trek yang dipilih sebagai titik awal kebanyakan melalui Jayagiri. Tapi dalam perjalanan ini, trek yang dipilih yaitu melalui daerah gerbang Komando dan finish di Jayagiri. 

Memulai perjalanan, latar Gunung Burangrang


Sabtu (22/10/2011). Setelah tak lama jalan-jalan jauh, akhirnya saya berkesempatan lagi tuk menikmati keindahan alam dan segarnya udara pegunungan. Sekitar pukul 8 pagi saya dan 14 orang teman-teman dari satubumikita mencoba bertualang mengisi waktu akhir pekan, kami ber-15 bertolak dari tempat berkumpul di sebrang terminal Ledeng (Indomaret) menuju daerah Gerbang Komando sebagai start awal perjalanan dengan menumpang angkot yang kami carter. Dari gerbang Komando, kami berjalan beriringan menuju arah yang ke Gunung Burangrang dan Situ Lembang, sebelum pos penjagaan Kopassus. Dari sana ada sebuah persimpangan jalan, bila kita memilih jalan yang ke kiri, maka akan menuju Gn. Burangrang dan Situ Lembang, sedangkan kami memilih jalan yang ke kanan yang menuju kawasan wisata CIC (Ciwangun Indah Camp). Kami hanya numpang lewat CIC dan perjalanan berlanjut menyusuri Perkebunan Teh Sukawana (PTPN VIII) yang luas nan hijau. Indah nian pemandangan di sana, perkebunan teh yang luas bagai permadani yang memiliki pola dengan latar belakang Gunung Burangrang dan gunung-gunung kecil di sekelilingnya. Subhanallah ya, sesuatu.





Perkebunan teh


Perjalanan menuju puncak Gunung "buatan" sangkuriang masih cukup jauh, dan untuk melepas lelah kami pun sering beristirahat sambil menikmati keindahan alam yang tersaji di hadapan. Hari semakin siang dan terik sang mentari pun mulai menyapa kulit kami. Tenaga kami mulai terkuras, jalan perkebunan teh yang berbatu tak menyurutkan langkah kami. setelah melewati perkebunan teh, kami mulai memasuki vegetasi hutan dengan jalan yang cukup lebar dan masih berbatu. Jalan tersebut adalah jalan yang sering digunakan oleh para warga untuk mengambil rumput pakan ternak dengan berkendara motor (cross/trail). Selain itu jalan tersebut di gunakan sebagai jalan menuju tempat penelitian petir yang berada tidak jauh dari puncak Gn. Tangkubanparahu.


Setelah berjuang dan berlelah-lelah ria berjalan sekitar 4 jam lebih, akhirnya kami pun sampai di Puncak Gn. Tangkubanparahu yang memiliki ketinggian sekitar 2084 Mdpl (meter di atas permukaan laut), Kabut dan bau belerang pun menyambut kedatangan kami. Pemandangan di atas sana sangat indah, kami pun tepat berada di atas kawah Upas. Sungguh indah ciptaan-Mu.



Kawah upas dilihat dari puncak



Legenda Sangkuriang-Dayang sumbi yang merupakan kisah yang berkaitan dan berhubungan erat dengan pembentukan Gunung Tangkubanparahu. Bisa dikatakan bahwa legenda sangkuriang adalah cerita rakyat yang paling populer di tatar Priangan, cerita dengan alur sempurna yang seringkali menyulitkan masyarakat awam dalam membedakan mana yang menjadi bagian dari legenda  dan mana yang merupakan fakta sejarah serta fakta geologi. 


Akses jalan yang seperti sekarang kita rasakan menuju Gn. Tangkubanparahu, tak terlepas dari jasa sebuah perkumpulan warga Belanda yang peduli terhadap kota Bandung khususnya wisata, yaitu Bandoeng vooruit. Pada sekitar tahun 1928 Bandoeng Vooruit membangun jalan aspal hingga mencapai kawah utama Gn. Tangkubanparahu (Kawah ratu) hingga menjadikan kawah ratu sebagai kawah yang dapat dicapai dengan kendaraan (motor, mobil, bus dll). Jalan masuk Tangkubanparahu sepanjang 4 km yang dimulai dari ruas lembang-Subang ini kemudian dinamakan Hooglandweg sebagai penghargaan kepada ketua Bandoeng Vooruit, W.H. Hoogland. Sejak itu pulalah gunung ini mulai menjadi salah satu destinasi andalan wisata kota Bandung hingga sekarang.

Gn. Tangkubanparahu sendiri pertama kali didaki oleh seorang gouverneur-generaal Abraham van Riebeeck pada tahun 1713 dan selanjutnya Gn. Papandayan. Ia mempunyai misi untuk mengenali situasi dan kondisi geografis daerah pegunungan di Pulau Jawa. Setelah perjalanannya itu, Riebeeck mulai mengembangkan perkebunan kopi di sekitar daerah Jawa Barat.


Kembali ke cerita perjalanan
Ehmm, cacing dalam perut mulai meronta dan protes tuk diisi, satu persatu bekal makan yang di bawa kami buka dan dengan cukup lahap kami Botram di atas Puncak Tangkubanparahu. Makan siang yang cukup special, bukan karena makanan yang kami santap, tapi lebih karena tempat dan view yang tersaji di hadapan kami, sungguh indah, kawan. Setelah selesai beristirahat, makan dan tentunya sesi foto-foto, perjalanan turun kami mulai. Petualangan masih berlanjut dan jalan pulang masih cukup jauh. Dari Puncak Tangkubanparahu, kami turun menyusuri jalan setapak untuk menuju kawasan utama wisata Tangkubanparahu yaitu Kawah Ratu yang cukup lembab dan turunan terjal, di sisi kiri-kanan jalan banyak terdapat tumbuhan manarasa yang khas.  Setelah berjalan sekitar 45 menit, kami sampai di Kawah ratu (Kawah utama Tangkubanparahu) dan berlanjut tuk sholat di mushola dan beristirahat sejenak.

Botram di puncak

Kawah Ratu

Setelah selesai sholat dan istirahat, perjalanan dimulai kembali. Hujan turun mengguyur dan menemani petualangan kami. Dari kawah ratu, kami memilih berjalan menuju parkiran Bus yang ada di bawah. Dari parkiran bus, kami berjalan menjauhi kawasan wisata Tangkubanparahu dan mulai memasuki hutan yang tembusnya ke Jayagiri. Sore menggelayut dan hujan belum reda tapi malah semakin membesar menenami petualangan kami di hari itu. Kami mulai memasuki vegetasi pohon pinus dan itu berarti kami sudah memasuki daerah sekitar Jayagiri. Setelah berjalan menyusuri hutan dan jalan setapak akhirnya kami pun sampai di gerbang masuk Jayagiri sekitar pukul 17.30. Dari sana kami berjalan menuju Jalan Raya Lembang tuk melanjutkan perjalanan pulang ke start awal di Terminal Ledeng. 

Perjalanan di hari sabtu itu pun berakhir dengan raut muka kelelahan dan kebahagiaan. Semoga dengan menyusuri secuil sejarah alam ini, kita dapat lebih arif dan bijaksana dalam memperlakukan alam serta lingkungan sekitar. Terima kasih.

*** 

Foto Lainnya :

Ciwangun Indah Camp (CIC)


Ospek Mahasiswa di CIC
Foto Bersama

Jalan setapak jayagiri
Dinding kawah ratu





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar