Minggu, 25 September 2011

Catatan Kecil Braga Fest 2011

Bandung, 24 September 2011

Seperti beberapa tahun yang lalu, Kota Bandung memiliki sebuah agenda acara rutin yang di gelar setiap tahun, salah satunya yaitu Braga Festival. Braga festival tahun ini mengambil tema yaitu "Balik Bandung". Braga Fest di selenggarakan selama tiga hari dari tgl 23-25 September dan kebetulan kali ini bertepatan dengan HUT Kota Bandung yang ke-201 tahun (25 September).

Sabtu, malam minggu kemarin (24/09) saya dan beberapa teman berkesempatan ngaramekeun Braga Fest. Menurut saya pribadi belum ada yang terlalu istimewa dari Braga Fest kecuali padatnya para pengunjung, macet dan sampah yang bertebaran dimana-mana. Braga Fest kali ini digelar di 3 titik yaitu di ruas jalan Braga panjang, Braga pendek dan jalan Cikapundung Timur.


Di Braga fest kemarin saya melihat ada beberapa pertunjukkan musik, kesenian tradisional, seni instalasi, kegiatan dari beberapa komunitas, pameran foto tentang Bandung, stan-stan yang jualan dan masih banyak sajian lainnya. Band yang sempat saya lihat kemarin adalah The Panas Dalam yang lirik-lirik lagunya nyeleneh tapi cukup keren. Selain itu saya sempat melihat beberapa kesenian diantaranya tarawangsa, bebegig dan karinding yang lagi happening dikalangan anak-anak Death Metal.

Di beberapa Gedung yang terdapat di jalan Braga pun di buka untuk seni pertunjukkan diantaranya di Gedung New Majestic yang menampilkan musisi/Band Blues dan di Museum Konperensi Asia-Afrika yang menggelar pemutaran dan diskusi film dokumenter Aktor komedi film bisu dari Inggris yang terkenal era tahun 30-an yaitu Charlie Chaplin saat berkunjung ke Indonesia (Hindia Belanda). Film dokumenter tersebut adalah milik seorang bule bernama Stephen J Fleay  jurnalis senior asal Australia yang diperolehnya di Belanda yang berasal dari sebuah studio film kuno milik pemerintahan kolonial Hindia Belanda yang menjajah Indonesia.

Diskusi setelah pemutaran film
Film tersebut sekaligus sebagai premier pemutaran film dokumenter chaplin saat berkunjung ke Bandung, Garut dan daerah Bali. Film hitam putih tersebut bercerita bagaimana perjalanan Chaplin khususnya saat di Bandung. Di film berbahasa Inggris tersebut digambarkan bahwa Hindia Belanda adalah sebuah tempat yang indah. Khususnya Bandung, digambarkan bahwa Bandung adalah kota kolonial yang asri dengan banyaknya bertebaran gedung khas bergaya eropa terlebih Art deco serta pemandangan alam yang indah. Setelah pemutaran film lalu dilanjutkan dengan diskusi/tanya jawab dengan narasumber kolektor film tersebut dan Opa felix (salah satu Inohong Bandung).

Jujur sih, saya kurang menikmati (beberapa) apa yang disajikan di Braga Fest karena banyaknya pengunjung yang memenuhi jalan braga yang sempit,crowded nya sesuatu banget lah. Tapi saya pun beruntung bisa bertemu dengan beberapa teman yang sudah lama ga ketemu seperti Bang Ridwan (BR) pengaping Komunitas Aleut sekaligus penulis buku "Braga, Jantung Parijs van Java dan beberapa teman lainnya. Ya, itulah sedikit catatan kecil saya saat malam minggu kemarin di kawasan Braga yang mempunyai jalan batu andesit yang mahal tapi cepat rusak. Semoga Braga khususnya dan Kota Bandung pada umumnya dapat kembali ke kejayaannya seperti di masa lalu dengan berbagai predikat sanjungan harumnya, bukan hanya jargon omdo tanpa aksi dari para penguasa kota.

Wilujeung tepang taun Bandung nu dilingkung gunung nu heurin ku tangtung.

Nuhun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan tinggalkan jejak anda.

Terima kasih sudah berkomentar